Sampai Jumpa Kembali, Teo Bagaskara
[Author’s pov]
Teo keluar dari kamar sambil menggeret kopernya dan juga tas besar satunya. Barang barangnya sudah ia masukkan ke dalam dus dan disimpan di ruang tamu.
Teman temannya duduk menunggu di sofa.
[Author’s pov]
Teo keluar dari kamar sambil menggeret kopernya dan juga tas besar satunya. Barang barangnya sudah ia masukkan ke dalam dus dan disimpan di ruang tamu.
Teman temannya duduk menunggu di sofa.
[Author’s pov]
Wisnu memasukkan baju bajunya ke dalam koper besar yang sudah ia siapkan. Selain itu, ia juga memasukkan barang barangnya ke dalam dus besar.
Hendry, Arjuna, Yasa, Teo, Laksana, Kaivan melihat Wisnu yang sedang mengemas barang barangnya.
[Author’s pov]
Gedung yang akan dijadikan tempat penyelenggaraan wisuda itu sudah dipenuhi para mahasiswa dan juga orang tua. Termasuk Wisnu dan Teo.
Mereka sedang berbaris mengantri untuk bisa masuk ke dalam gedung. Setelah giliran mereka, mereka berdua mencari tempat duduk sesuai yang tertera pada kartu undangan wisuda.
[Author’s pov]
Pesan yang dikirimkan Ayah Laksa kemarin, yang mengatakan akan berangkat subuh itu benar. Buktinya jam 9 pagi, Ayahnya sudah sampai di depan kontrakan. Sedangkan Laksa, ia baru saja mandi karena tadi ia masih bermalas malasan di dalam kamar, sambil menonton youtube.
[Author’s pov]
“Akhirnyaaaaaa selesai.” Teo merebahkan badannya diatas sofa, masih di studio tempat dia melakukan photoshoot untuk endorsenya.
“Lumayan ya? padahal belum semuanya, Yo.” ucap Merry.
“Lanjut besok aja ga kuat gue kalau dilangsungin semua.”
[Arjuna’s pov]
Hari ini katanya agendanya, keliling rumah Yasa. Keliling doang udah berasa kayak safari kampus, karena rumahnya gede kebangetan.
Kita pergi ke ruang keluarga, yang duh gedenya ga bisa gue sebutin, pokoknya sama rumah gue di Tasik, gedean ruang keluarganya Yasa. TV nya aja yang ukuran 82 inch dan pastinya smart tv. Di sini tuh kayaknya, ga ada alat elektronik yang ga canggih, sampai closetnya aja pake remote. Kebayang kan secanggih apa?
[Author’s pov]
“Cepetan woy keburu siang.” Teriakan Teo dari arah luar, membuat anak anak yang masih di dalam rumah segera keluar.
“Udah semua nih?” Arjuna dan Hendry yang terakhir keluar itu mengangguk. Teo segera mengunci pintu dan berjalan keluar gerbang mengikuti Arjuna dan Hendry. Tak lupa, Teo pun mengunci gerbang rumah. Karena kebetulan, ada motor Teo, motor Hendry, dan juga mobil Laksana yang ditinggalkan.
[Author’s pov]
Setibanya Kaivan dan yang lain di kantor polisi, ia segera menghampiri Yasa. Yasa sedang duduk bersama temannya sambil tertunduk, dan untungnya teman teman Yasa yang lain sudah datang.
[Kaivan’s pov]
Udah hampir 10 hari gue KKN di salah satu desa di Subang. Gimana rasanya? ya gitu gue pengen cepet pulang...
Entah mungkin masih ngerasa asing, entah gimana, gue rasa rasanya cuma pengen cepet pulang. Ini sih gara garanya sinyal yang susah banget, cuma di waktu waktu tertentu sinyalnya ada, kayak jam 12 malem misal. Siapa pula orang yang mau gue chat di tengah malem gitu.
[Kaivan’s pov]
Gue berlari menaiki tangga menuju lantai dua, lebih tepatnya, gue berlari ke arah kamar Yasa. Sesampainya di depan pintu, gue langsung membukanya dan melihat Yasa yang sedang merapikan tasnya.