Wisuda

[Author’s pov]

Gedung yang akan dijadikan tempat penyelenggaraan wisuda itu sudah dipenuhi para mahasiswa dan juga orang tua. Termasuk Wisnu dan Teo.

Mereka sedang berbaris mengantri untuk bisa masuk ke dalam gedung. Setelah giliran mereka, mereka berdua mencari tempat duduk sesuai yang tertera pada kartu undangan wisuda.

Sayang, Teo dan Wisnu duduk berjauhan, karena tempat duduk ini diatur berdasarkan tanggal kelulusan. Wisnu lebih dulu lulus, sehingga tempatnya duduk ada di barisan depan, sedangkan Teo ada di belakangnya.

Para orang tua yang hadir pun sudah menempati tempat duduknya yang berada di tribun. Pelaksanaan prosesi wisuda di Universitas Neo dalam satu tahunnya ada 4 kali. Februari, Mei, Agustus, dan November.

Karena Universitas Neo ini terdapat di tanah sunda, penyambutan kedatangan rektor dan para dekan diiringi oleh gamelan sunda.

Wisnu menatap iring iringan rektor dan dekan dengan hati yang bahagia, jujur, ia merasa bersyukur dapat melewati semuanya dengan baik. Begitupun Teo, rasanya ia ingin teriak saking senangnya karena sudah wisuda. Ia kira, ia akan menjadi mahasiswa abadi di Fakultas Pertanian Universitas Neo.

Rektor dan para dekan sudah duduk di tempatnya. Agenda yang selanjutnya menyangikan lagu Indonesia Raya dan hymne Universitas Neo, sehingga para hadirin dipersilahkan untuk berdiri.

Selanjutnya, ada perwakilan dari anggota paduan suara mahasiswa Universitas Neo yang menyanyikan lagu untuk orang tua dan memberikan bunga. Ada juga beberapa mahasiswa terpilih yang ikut serta memberikan bunga kepada orang tuanya, salah satunya Wisnu. Wisnu terpilih karena menjadi mahasiswa pertama yang lulus di jurusan agribisnis, Fakultas Pertanian.

Ia menerima bouquet bunga mawar merah, dan berjalan ke arah belakang menuju tempat orang tuanya berada.

Dari kejauhan, Wisnu sudah melihat Mama dan Papanya sedang tersenyum, dan setibanya Wisnu di hadapan mereka, Mamanya langsung menarik Wisnu ke dalam pelukan. Tanpa terasa Wisnu ikut menitikkan air mata dikala mendengar suara tangisan Mamanya. Papa Wisnu yang ada di sampingnya pun mengusap matanya yang basah dengan sapu tangan.

“Selamat Wisnu sayang.”

“Terima kasih mama sama papa. Ini hadiah kecil dari Wisnu.” Wisnu memberikan bouquet bunga itu kepada orang tuanya.

Setelah selesai, Wisnu kembali duduk di tempatnya semula. Karena acara masih berlanjut, yaitu pemberian ijazah dari dekan masing masing fakultas.


Prosesi wisuda selesai setelah dua jam, para wisudawan keluar dari gedung. Acara belum selesai, masih ada prosesi dari setiap fakultas. Maka dari itu, Wisnu, Teo, dan teman teman lainnya sudah digiring untuk berkumpul dengan rombongan Fakultas Pertanian.

Mereka menyebutnya arak arakan.

Bahkan ada ketuanya yang nanti memimpin para wisudawan untuk menuju ke tempat yang sudah disiapkan. Dengan memakai jaket fakultas berwarna hijau, para mahasiswa sudah membuat barikade untuk barisan wisudawan. Dan di depan, sudah ada yang memimpin serta ada yang sudah membawa bendera fakultas.

Arak arakan dimulai dengan menyanyikan lagu Fakultas Pertanian.

“Minggir dong minggir dong minggir dong. Fakultas Pertanian mau lewat. Awas jangan dijalan nanti terinjak injak. Minggir dong minggir dong minggir dong.”

“Jatinangor kampus kami. Pertanian nama kami. Pertanian nama kami pertanian hidup kami pertananian jiwa kami.”

“Ayam ayam ayam bebek. Bebek bebek bebek entok. Ayam mengentok bebek, bebek mengentok ayam. Ayam bebek entok entokan.”

Begitulah isi dari yel yel Fakultas Pertanian.

Wisnu tersenyum kecil, jika ketika maba ia malu menyanyikannya, sekarang ia dengan semangat menyanyikan yel yel itu. Jangan tanya Teo, ia paling senang menyanyikan yel yel Fakultas Pertanian yang menurutnya lucu, apalagi yang ayam bebek.

Selesai di tempat tujuan, para wisudawan diberi arahan untuk membuat lingkaran besar. Lalu dipanggil satu orang untuk menyuarakan harapan dan doa, setelah itu mereka saling berpegangan tangan, lalu diakhiri dengan teriakan dan jargon Fakultas Pertanian.

“PERTANIAN!”

“JAYA!”

“PERTANIAN!”

“JAYA!”

“PERTANIAN!”

“JAYA!”

Acara arak arakan fakultas selesai.


Wisnu dan Teo sedang berfoto dengan para teman temannya. Sambil membawa banyak bouquet.

Kaivan sedang berbincang dengan teman temannya. Hendry, Arjuna, Laksana, dan juga Yasa sedang meneduh karena cuaca yang begitu panas. Teman teman Yasa juga ikut hadir, namun mereka entah kemana, tadi izin mau beli jajanan.

Setelah melihat Wisu dan Teo tidak lagi dikerubungi banyak orang, para anak anak rumah langsung menghampiri.

Yasa memberikan bouquet bunga dan pastinya mahal kepada Wisnu dan Teo.

“Wih Yasa emang terbaik ga kayak yang lain setangkai doang.” Teo menjulid yang langsung dihadiahi cibiran oleh Hendry, Arjuna dan Laksana.

“Orang mah masih ada bersyukurnye dikasih bunga, daripada cuma bawa diri doang.” gerutu Hendry yang membuat Teo tergelak.

“Canda atuh Hendry. Sini mana bunganya biar gue simpen.”

Hendry memberikan bunga yang tadi ia beli di depan gerbang. Lumayan 5000 dapet 3 tangkai, dibagi maksudnya sama Laksana sama Arjuna. Jadi ya masing masing cuma patungan 2000 😄

“Seru banget ya wisudaan” Saut Yasa, karena ini pertama kalinya dia ikut melihat secara langsung.

“Seru emang, cuma beresnya panas aja.” Jawab Kaivan.

“Bukan itu Kav, seru pas wisuda, beresnya langsung pusing mikirin abis wisuda ngapain.” Wisnu menimpali.

Teo tertawa parau, “bener anjir, gue ngapain ya abis ini.”

“Ya jadi artis lah, tuh tugas endorsean lo banyak kang.” timpal Laksana.

Akhirnya mereka bertujuh saling berfoto dan berbincang, tak lupa mereka juga menyapa kedua orang tua Wisnu dan juga Teo. Bahkan, Wisnu berfoto bersama kakak Teo, Ayu Ting Ting.