Janji
[Author’s pov]
“Akhirnyaaaaaa selesai.” Teo merebahkan badannya diatas sofa, masih di studio tempat dia melakukan photoshoot untuk endorsenya.
“Lumayan ya? padahal belum semuanya, Yo.” ucap Merry.
“Lanjut besok aja ga kuat gue kalau dilangsungin semua.”
“Iyalah ini udah jam 8 malem juga. Lo kerja 12 jam. Gila.”
“Btw, Yo. Lo ada kenalan temen cewe ga?”
“Kenapa emang?”
“Si bos bilang, ada talent dari kita dijadwalin photoshoot 3 hari, eh ternyata ga bisa karena sakit. Tifus pula, hari ini dirawat. Dan talent cewe yang lain udah pada punya jadwalnya masing masing.”
“Belum tau om, ya ada temen cewe mah banyak, gatau tapi mau apa engga buat jadi model pengganti gitu.”
“Duh oke deh, tapi kalau lo ada kabarin langsung ya, gue juga bingung cari kemana.”
Teo mengangguk lalu ia mulai memejamkan matanya untuk sedikit menghilangkan rasa lelah di tubuhnya, padahal pekerjaannya hanya berfoto di depan kamera.
“Mau langsung pulang ga?” Pertanyaan Merry dijawab oleh anggukan Teo. Ia segera bangun dari sofa dan bersiap untuk pulang.
“Wih thankyou, Yo.” Merry menerima bungkusan mcd dari Teo yang baru saja ia beli barusan.
Merry kembali menjalankan mobilnya secara perlahan, meninggalkan parkiran mcd.
“Om, nanti anternya ke alamat ini aja ya?” Merry melihat sekilas ke arah hp Teo yang menunjukkan alamat yang ia tuju. “Mau ditungguin ga?” Teo menjawab dengan gelengan kepala, “ga usah, dari situ ke rumah gue deket kok. Bisa lah gue naik gojek.” Merry hanya mengangguk dan kembali fokus mengemudikan mobilnya.
“Hati hati om.” Teo keluar dari mobil dan dengan sekali klakson, mobil Merry meninggalkan Teo.
Ia sekarang berdiri di sebuah rumah yang tampak sepi, tapi Teo yakin, orang yang ingin ia temui ada di dalam. Teo berjalan ke arah samping gerbang, menekan bel yang terpasang di tembok. Tak perlu menunggu waktu lama, gerbang dibuka menampilkan seorang wanita paruh baya.
“Eh?”
“Halo bi.” Teo tersenyum dengan ramah.
“Sebentar...bibi lupa nama tapi inget ini teh mukanya.”
Teo hanya tertawa renyah, “Teo bi.”
“Oh bener si kasep. Mau ke non Meisya ya? hayu atuh masuk dulu. Udah lama ga kesini.”
Teo tersenyum simpul, iyalah udah lama ga kesini, kalau udah putus ga ada alasan lagi soalnya.
“Teo tunggu diluar aja bi, soalnya bentar doang.”
“Yaudah atuh tunggu, bibi panggilin non Meisyanya ya.”
Teo mengangguk, ia memilih melihat ke arah tangannya, yang sedang memegang bungkusan plastik mcd. Tidak hanya itu, Teo juga sedang berpikir apa yang harus ia ucapkan ketika ia bertemu kembali dengan Meisya. Menanyakan kabar? menanyakan bagaimana keadaannya saat ini? entahlah Teo sendiri bingung.
“Teo?” Teo langsung membalikkan badan ketika mendengar suara dari arah belakang. Di depannya ada Meisya yang menggunakan piyama berwarna kuning cerah, warna kesukaannya.
“Ha...i?” Teo mengangkat tangannya. Suasanya berubah menjadi canggung ketika dua insan yang sudah lama tidak bertemu, dipertemukan kembali malam ini.
“Ada apa?” tanya Meisya to the point. Teo hanya bisa tersenyum lembut ke arah Meisya.
“Apa kabar, Mei?” pada akhirnya pertanyaan itu yang keluar dari mulut Teo.
Meisya menghela nafas pelan, “baik. kalau lo ga ada hal penting mending pulang aja, Yo. udah malem.” Meisya sudah bersiap akan kembali ke rumah, namun ditahan oleh Teo.
“Eh bentar!” Teo segera memberi bungkusan plastik mcd tadi ke arah Meisya. Meisya hanya memandang plastik itu tanpa minat. Karena tidak ada pergerakan sama sekali, akhirnya Teo berinisiatif menarik tangan Meisya untuk menggenggam plastik itu.
“Dimakan ya? jangan takut gendut, mubazir masa dibuang. enak lagi masih anget jadi makan aja sekarang. udah ya, janji Teo buat dateng ke rumah Meisya udah Teo tepatin. Teo pamit pulang udah malem. maaf ya ganggu malemnya Meisya. selamat malam, nanti sebelum tidur jangan lupa minum susus anget ok?” Teo melangkah dan mengusak rambut Meisya pelan, lalu setelahnya Teo pergi meninggalkan Meisya yang masih terpaku di depan gerbang.
Meisya menatap ke arah punggung Teo yang terus menjauh, harusnya jangan seperti ini.