Sampai Jumpa Kembali, Wisnu Manggala
[Author’s pov]
Wisnu memasukkan baju bajunya ke dalam koper besar yang sudah ia siapkan. Selain itu, ia juga memasukkan barang barangnya ke dalam dus besar.
Hendry, Arjuna, Yasa, Teo, Laksana, Kaivan melihat Wisnu yang sedang mengemas barang barangnya.
“Daripada lo pada ngeliatin doang mending bantuin gue.” canda Wisnu. Namun sayang, candaannya tidak ditanggapi oleh anak anak. Mereka malah terdiam sambil menatap sendu Wisnu.
Wisnu menyadari, sangat menyadari itu. Sejak ia berbicara bahwa ia akan segera pulang, karena memang waktunya sudah datang. Mamanya bilang bahwa Wisnu sudah bisa bekerja di perusahaan papanya, walau jabatannya masih kecil. Karena kata papanya bagaimanapun, Wisnu harus memulainya dari bawah terlebih dahulu.
Anak anak di rumah memaksa Wisnu untuk tidur di ruang keluarga, beralaskan karpet dan memindahkan meja. Katanya kapan lagi bisa tidur barengan. Deep talk sempat mereka lakukan, bahkan tanpa terasa mereka tidak tidur seharian. Laksana yang tidur diujung lebih banyak diam, sampai sekarang. Rautnya mensyaratkan rasa sedih, sedih karena ternyata waktu berjalan begitu cepat. Satu persatu rumah ini akan ditinggalkan oleh penghuninya.
Wisnu menutup koper dan dusnya, ia sudah selesai mengemas barangnya. Lalu membalikkan badan, tersenyum pelan ke arah anak anak yang sedang menatapnya.
Wisnu berjalan pelan menghampiri, “jangan sedih, gue masih di Indonesia masih bisa ditemuin kali.”
Kaivan dan yang lainnya menghela nafas.
“Kalau kalian sedih, gue juga jadi ikutan sedih soalnya.” Wisnu berkata pelan, sangat pelan, namun masih tetap terdengar oleh indera keenam insan manusia di hadapannya.
Wisnu menatap kamar yang sudah menemaninya disini, walaupun baru selama dua tahun, rasanya Wisnu berat meninggalkan semua yang ada disini. Bahkan kemarin, Wisnu sempat menatap setiap sudut di rumah ini, rasanya ia ingin merekam semua kenangan di dalam otaknya. Karena ia yakin, ia akan merindukan itu semua.
Wisnu menatap masing masing dari wajah yang sudah menemani hari harinya selama disini.
Hendry yang mengangkat kepalanya, menahan agar bulir air mata tidak jatuh ke wajahnya. Arjuna yang memilih memainkan jari jemarinya. Yasa yang juga menatap Wisnu dengan mata berkaca kaca. Laksana yang sejak tadi sudah mengeluarkan air mata, dan ia sibuk menghapusnya. Kaivan yang tersenyum lembut mensyaratkan rasa bangga, dan Teo yang berjalan menghampiri Wisnu dan segera memeluknya.
“Gue tau, lo masih bisa kita temuin, masih di Indonesia haha. Tapi kenapa ya, rasanya sedih, Nu. Sedih kalau liat lo harus keluar dan pergi ninggalin kita sama rumah ini. Gue udah ngerasa rumah ini bener bener tempat tinggal gue, gue udah ngerasa lo bukan lagi temen gue. Wisnu, gue pasti kangen lo, kangen omongan dingin lo, kangen nebeng mobil lo, kangen masa masa kuliah gue bareng lo. Mustahil emang, tapi gue pengen selamanya gini. Ya ga mungkin kan? hidup itu harus berjalan. Gue doain lo sukses dimanapun dan kapanpun. Jangan pernah lupain gue, Kaivan, Hendry, Arjuna, Laksana sama Yasa ya? jangan pernah ngilang, selalu kasih kita kabar. Grup ga akan dibubarin hanya karena kita udah keluar dari rumah ini. Gue sayang lo, Nu. Lo sahabat terbaik gue.” Teo berkata panjang lebar sambil memeluk dan mengusap punggung Wisnu , yang juga dibalas oleh Wisnu.
Wisnu mengangguk, menyembunyikan wajahnya yang sudah dipenuhi air mata sejak Teo memeluknya tadi.
Akhirnya, mereka semua menghampiri Wisnu dan ikut memeluknya.
“Kang Wisnu, jangan lupain kita. Gue bakalan kangen banget sama lo kang. Kang, maafin ya kalau gue suka bandel.” Ucap Arjuna.
“Wisnu, selalu kasih kita kabar ya? bener kata Teo, jangan sampe hilang ga ada kabar sama sekali.” Kaivan menambahkan.
“Kang....makasih...makasih Kang Wisnu.” hanya itu kata kata yang mampu diucapkan Laksana.
“Kang Wisnu, kita ketemu lagi ya?” tanya Hendry.
Setelahnya, mereka pun melepas pelukan mereka. Wisnu tersenyum haru, ia merasa beruntung kenal dengan masing masing dari mereka. Walau baru itungan tahun, tapi ia merasa sudah kenal lama dan dekat dengan anak anak di rumah.
Wisnu melihat ke arah Yasa, yang sejak tadi diam seribu bahasa.
“Yasa?” yang dipanggil mengangkat kepalanya.
“Ga ada yang mau disampein ke kakak?” tanya Wisnu.
Yang ditanya bukannya menjawab, Yasa malah menangis dengan keras. “Kak Wisnu....ga bisa disini aja....temenin Yasa....Yasa mau sama kak Wisnu.”
Selagi Wisnu sibuk dengan kegiatannya memasukkan koper dan juga dus ke dalam bagasi mobil yang dibantu oleh Kaivan dan Teo, Hendry diam diam memasukkan kotak berukuran sedang di bangku kedua mobil, menyimpannya dengan rapi tanpa disadari Wisnu.
Ia memberi kode kepada Laksana, Arjuna dan juga Yasa bahwa kotaknya sudah disimpan.
Wisnu selesai memasukkan semua barangnya.
“Wisnu, hati hati.” ucap Kaivan dan Teo bersamaan.
Wisnu mengangguk, “jaga diri kalian baik baik ya? gue pamit.”
Sekali lagi, Wisnu menatap wajah yang ada di depannya. Menyimpannya menjadi kenangan terbaik yang ia punya.
Setelah dirasa puas, Wisnu berbalik dan membuka pintu mobil, masuk ke dalamnya dan menutupya. Wisnu mulai menyalakan mesin, dan menurunkan kaca.
“Jangan nangis ya? gue pasti selalu ada buat kalian.”
Wisnu melambaikan tangan dan mulai menjalankan mobilnya perlahan meninggalkan pekarangan rumah, ia melihat dari kaca spion, teman temannya masih setia menunggu hingga mobil Wisnu hilang dari pandangannya.
Wisnu menutup pintu kaca mobil. Mulai menyalakan musik dari ponselnya.
Bukan lagu Via Vallen seperti yang biasa ia dengarkan, atau lagu Lesti Kejora untuk menemaninya selama di perjalanan.
Untuk kali ini, Wisnu memutar lagu Peterpan yang berjudul, Semua Tentang Kita.
Wisnu Manggala, semoga di setiap jalan yang kamu tempuh, kamu selalu dilancarkan dan diberi kemudahan. Sampai jumpa kembali, Wisnu.