Karina kembali beraktivitas seperti biasa, setelah seminggu yang lalu ia masuk rumah sakit, lalu keesokan lusa bundanya tiba tiba datang ke kostan (yang ternyata dikasih tau Allysa), Karina harus istirahat kembali selama 2 hari. Karina awalnya menolak, namun sang bunda dengan tegasnya memarahi Karina.
Sekarang ia sudah bersemangat kembali, ah hari ini pun bundanya kembali mengajukan sidang perceraian. Karina berharap, hari ini putusannya, sehingga ia dan bundanya bisa memulai kehidupan yang baru dan lebih baik lagi.
Hendery menyimpan ponselnya ke dalam saku celana, ia memperhatikan Karina yang sedang menyantap sarapannya itu. Hendery yang sedari tadi duduk di sofa berdiri, berjalan ke arah Karina, menyiapkan minum untuk gadis itu, dan menyimpannya di meja yang dipakai untuk makan.
“Makasih.” ucap Karina lalu meraih gelas tersebut, meneguknya perlahan.
“Orang tua....maksudnya lo udah ngabarin orang tua lo?” pertanyaan Hendery itu disambut dengan gelengan oleh Karina.
Hendery keluar dari kamar mandi dan melihat Karina yang sedang menutup matanya.
“Karin? hm...lo mau makan? gue kayaknya mau nyari makan hehe laper.”
Karina membuka matanya dan melihat ke arah Hendery yang berada tidak jauh dari tempat tidurnya. Dengan perlahan, Karina bangun ingin menegakkan tubuhnya.
“Eh eh tiduran aja jangan dulu bangun, badan lo belum fit.”
Hendery keluar dari kamar mandi dan melihat Karina yang sedang menutup matanya.
“Karin? hm...lo mau makan? gue kayaknya mau nyari makan hehe laper.”
Karina membuka matanya dan melihat ke arah Hendery yang berada tidak jauh dari tempat tidurnya. Dengan perlahan, Karina bangun ingin menegakkan tubuhnya.
“Eh eh tiduran aja jangan dulu bangun, badan lo belum fit.”
Nah disini mereka berada, di cafe kesayangan mereka, siapa lagi kalau bukan Lucas, Mark, Dejun, Hendery. Masing masing dari mereka sibuk dengan laptop dan juga buku yang berserakan.
“Aduh pusing.” ucap Hendery. “Tugas sebanyak ini kenapa ga kelompok aja gitu? kenapa harus individu?” lanjutnya.
“Kalau kelompok yang ada nih yang ngerjain paling cuma 1 2 orang, sisanya numpang nama, kek lo Heng.” jawab Dejun, yang disebut namanya cuma nyengir doang.
Allysa segera memarkirkan motornya di halaman kostan Karina. Sebelum ia membuka helmnya, ia sempatkan untuk melihat ponselnya, siapa tahu Karina membalas pesannya. Namun nihil, tidak ada satupun pesan yang Karina balas. Membuat Allysa berdecak, “Kemana sih tuh anak tumbenan banget.”
Karina dan juga teman teman sesama panitianya yang lain sudah siap sejak tadi jam 9 pagi. Acara memang baru dimulai pukul 5 sore, namun segala persiapan harus dicek kembali agar tidak ada kesalahan. Apalagi acara ini terbilang besar.