D-DAY
Karina dan juga teman teman sesama panitianya yang lain sudah siap sejak tadi jam 9 pagi. Acara memang baru dimulai pukul 5 sore, namun segala persiapan harus dicek kembali agar tidak ada kesalahan. Apalagi acara ini terbilang besar.
Karina memang tidak begitu banyak kerjaan di hari H, ia hanya akan mengawasi atau membantu divisi divisi lain yang sekiranya butuh pertolongan. Bahkan sekarang ia hanya duduk di pinggir lapangan bersama Winter. Pacarnya, Lucas, sedang membantu anak anak logistik menyiapkan berbagai macam barang.
Acara ini diadakan di salah satu lapangan parkir kampusnya. Lapangan parkir ini memang sangat luas dan selalu digunakan untuk keperluan acara acara besar seperti ini.
“Sweet banget Rin liat lo sama Lucas.” Ucap Winter, yang disebut cuma senyum senyum malu sendiri.
“Udah berapa lama deh?”
“Hm minggu depan ada sebulan. Masih baru kok.”
“Iya karena masih barunya itu jadi masih anget ya?” Karina tertawa, “Semoga seterusnya gitu ya Win?” Winter mengangguk setuju, “Pasti sih bakal ada masa bosennya, tapi dibicarain aja. Soalnya kuncinya hubungan langgeng itu ya saling percaya, saling menghargai, saling mengerti, dan komunikasi yang baik.” Karina mengangguk.
Mereka pun kembali bercengkerama hal hal random lainnya, sampai tiba tiba Dino datang membawa snack untuk mereka berdua.
“Nih snack nya buat kalian berdua.”
Karina dan Winter menerimanya dengan baik, “Boleh dimakan sekarang ga?” Tanya Winter.
*“Boleh atuh makanya gue kasih sekarang.”*
Winter langsung membuka snack dan melahap salah satunya. Dia memang belum sarapan sejak tadi pagi alhasil perutnya begitu keroncongan.
“Food truck kapan datengnya, No?” Tanya Karina.
“Tadi sih gue konfirmasi mereka udah dijalan, paling nyampe jam 1an kalau ga macet. Semoga sih engga ya.”
Karina mengangguk mengerti, ia juga sama sedang melahap snack yang ada di pangkuannya itu.
“Gue kesana lagi ya, mau ngurusin buat makan siang.”
“Oke semangat, No!”
“Semangat Dino!”
—————————————————
“Kesini ih jangan jauh jauh.” Ucap Lucas sambil menarik tangan Karina, pasalnya Karina ingin bergabung dengan Allysa dan teman temannya yang lain.
“Aku mau kesana ke temen temen.”
“Nanti aku sama siapa?”
“Ya sama temen temen kamu lah.”
“:(((((((“
Karina tertawa melihat wajah cemberut Lucas. Memang pacarnya ini selalu manja tanpa kenal waktu dan tempat. Alhasil Karina harus pergi ke tempat teman temannya dengan Lucas yang mengekor di belakang.
“Bener bener ini si bucin.” Ucap Mina melihat kedatangan Lucas dan Karina.
“Siapa yang bucin?” Tanya Lucas.
“Lo lah siapa lagi? Disini cewe semua, kenapa lo ga gabung sama geng lo sih.” Jawab Yuqi yang juga ada disana.
“Dih ngatur lo? Cewe gue aja ga marah gue gabung disini.”
“Terpaksa kali dia.” Ucap Alyssa diselingi tawanya. Karina hanya menggelengkan kepala mendengarnya.
Acara sebentar lagi akan di mulai, lapangan juga sudah mulai terisi dengan para penonton yang akan datang.
Lucas merasa ponselnya bergetar, dan ia melihat ada chat grup dari teman temannya yang menyuruhnya datang.
“Yang.” Bisik Lucas tepat di telinga Karina.
“Ih kaget kirain siapa tiba tiba ada yang bisikin.”
Lucas nyengir tanpa dosa, “Aku mau ketemu temen temen dulu ya. Disuruh Mark sih, pasti di babuin lagi.” Iya Mark memang dari pagi kerap menyuruh teman temannya itu untuk membantu pekerjaan hari ini, termasuk Hendery dan juga Dejun yang bukan panitia.
“Iya kesana aja, kasian tuh bantuin banyak kerjaannya.”
Lucas mengangguk dan mengusap puncak kepala Karina, lalu ia pergi berlalu menghampiri teman temannya itu.
—————————————————
“Oy ada apaan?” Tanya Lucas setelah datang ke tempat teman temannya.
Terlihat Mark yang sedang duduk sambil memainkan ponselnya, Dejun yang sedang berebut makanan dengan Hendery.
“Ga ada apa apa sih, ngumpul aja.” Ucap Mark tanpa mengalihkan atensinya dari ponsel.
“Heng lah pelit banget anjir, gue minta sedikit doang.” Ucap Dejun.
“Sedikitnya lo sama dengan ngabisin semuanya. Beli anjir sono.”
“Mau nyoba dulu enak apa kagak, kalau enak gue beli.”
Lucas hanya menggeleng melihat kelakuan teman temannya. Ia pun duduk di sebelah Mark. Ia kira Mark sedang bermain game atau melihat social media. Ternyata tidak, temannya itu sedang chat dengan para koordinator divisi yang sedang berada di lapangan.
“Ga ke lapangan lo?” Tanya Lucas.
“Bentaran lagi, badan gue capek banget, Cas.”
Lucas paham, Mark bahkan tidur di kampus di hari sebelumnya, menemani anak anak translog yang harus menyiapkan segalanya.
“Gimana hubungan lo sama Karina?” Pertanyaan Mark tadi membuat Hendery dan juga Dejun yang ada di depannya menghentikan kegiatan mereka.
“Ya gitu baik baik aja kok.”
“Beneran?” Tanya Hendery.
“Lo ngarepin yang jelek jelek gitu?”
“Ya kagak, nanya doang elah sensi amat.”
“Gimana?” Sekarang giliran Dejun yang nanya.
“Gimana apanya?” Tanya Lucas.
Jika Dejun dan Lucas sudah berbincang hal seperti ini, atmosfer diantara keduanya akan berubah, yang awalnya suasana terasa santai, akan berubah menjadi lebih menegangkan. Mark dan Hendery hanya bisa saling tatap.
“Lo udah suka belum?”
Lucas tidak menjawa, ia malah menatap lekat mata Dejun.
“Kalau emang lo ga su—”
“Lo suka kan sama Karina?” Belum selesai perkataan Dejun, sudah dipotong oleh Lucas.
Dejun terdiam sebentar sebelum menjawab semuanya. Ia menghela nafas panjang terlebih dahulu, “Iya, gue suka. Gue suka sama Karina.”
“Sejak kapan?”
“Penting? Bukannya ada yang lebih penting dari ini?”
“Jawab dulu pertanyaan gue.”
“Eh guys—” Hendery mencoba menenangka namun gagal karena dipotong oleh Dejun.
“Sejak gue curhat pertama kali sama dia. Sejak gue sempet menghilang karena nyokap gue datang ke rumah.”
Mark membulatkan matanya, bukankah itu sudah sangat lama?
“Kenapa ga lo kejar?”
“Karena bahagianya dia bukan gue, Cas. Gue tau waktu dia curhat tentang lo ke gue. Gue tau gimana matanya berbinar setiap ceritain lo. Makanya kenapa gue ga suka kalau lo masih mainin perasaan dia. Cas gue cuma mau kasih tau, akhirin semuanya, lo ga kasian apa sama dia?”
Lucas terdiam. Lucas masih merasa bingung, bingung dengan perasaannya sendiri. Atau mungkin, dirinya belum sadar bahwa sebenarnya dia juga sudah mulai menaruh perasaan terhadap Karina?
—————————————————
“Hangyul!” Panggil Karina. Hangyul yang sedang kumpul dengan Yohan, Yunho, Dino itu langsung melambaikan tangannya.
“Liat Lucas ga?”
“Tadi sih gue liat lagi kumpul sama temen temennya tuh di belakang backstage, kan ada kursi meja gitu, nah mereka duduk disana.”
“Oh oke deh makasih ya.”
Karina segera berlalu dan pergi ke arah belakang, niatnya ia ingin mengajak Lucas membeli makanan di food truck, cemilan sembari menonton konser.
Sesampainya di area belakang backstage, ia melihat Lucas dan teman temannya sedang berbincang, sepertinya perbincangannya serius karena dilihat dari tempat Karina pun tidak ada yang tertawa sama sekali.
Karina melangkahkan kakinya mendekat, namun langkahnya terhenti ketika mendengar perkataan yang diucapkan oleh Mark.
“Kalau emang lo mau akhirin, akhirin aja semuanya sekarang, atau mau sesuai perjanjian di awal? Perjanjian taruhan kita kan pacarin Karina cuma 1 bulan. Berarti sampe minggu depan kan? Btw barang yang lo mau udah ada di rumah gue.”
Deg!
Karina masih mencoba untuk memproses semuanya. Sebentar, apa tadi maksudnya? Taruhan? 1 bulan? Jadi selama ini......
Karina mengeratkan kepalan tangannya, menahan rasa tangis dan marah yang ada di dalam hatinya. Apakah ia kembali terbodohi untuk kedua kalinya?
Karina kita semuanya akan baik baik saja. Tujuannya mulai membuka hati bukan untuk disakiti apalagi dijadikan bahan taruhan. Ia hanya ingin merasakan cinta yang tulus, apa itu susah?
“KARIN!” Teriakan seseorang mampu membuat keempat orang yang sedang bersitegang itu semakin menegang.
Lucas dan Mark langsung membalikkan badannya. Begitupun Hendery dan Dejun langsung berdiri dari tempat duduknya. Mereka terkejut melihat Karina yang tidak begitu jauh dari posisi mereka.
Salahkan mereka yang terlalu fokus hingga tidak menyadari kedatangan Karina.
Lucas segera bangkit dari tempat duduk, tatapannya beradu dengan Karina. Lucas dengan tatapan bersalah dan Karina dengan tatapan sedih sekaligus marah.
Serim yang tadi memanggil Karina segera berlari ke arah perempuan yang masih berdiri itu.
“Gue cari cari lo eh ternyata kata Hangyul lo kesini. Gue mau ngasih tau ini duit yang buat kaos kan nyisa, mau gue kasih ke lo sekarang.”
Karina yang belum tersadar sepenuhnya itu bergeming sambil menatap tajam ke arah Lucas.
“Rin, eh woy Karin.” Serim mengguncang tubuh Karina hingga perempuan itu tersadar.
“Hah? Iya kenapa?”
“Ck ngelamun. Ini duit nyisa mau gue kasih lo.”
“Oh yaudah mana duitnya.”
“Di tas gue di basecamp.”
“Yaudah ayo kesana.”
Karina segera berbalik dengan Serim dan pergi tanpa menoleh kembali ke belakang.
Rasanya Lucas ingin mengejar Karina namun badannya terasa sulit untuk digerakkan, ia masih terkejut. Sekarang ia tidak tahu harus bagaimana lagi.