T E N T A N G M E R E K A

Karina kembali beraktivitas seperti biasa, setelah seminggu yang lalu ia masuk rumah sakit, lalu keesokan lusa bundanya tiba tiba datang ke kostan (yang ternyata dikasih tau Allysa), Karina harus istirahat kembali selama 2 hari. Karina awalnya menolak, namun sang bunda dengan tegasnya memarahi Karina.

Sekarang ia sudah bersemangat kembali, ah hari ini pun bundanya kembali mengajukan sidang perceraian. Karina berharap, hari ini putusannya, sehingga ia dan bundanya bisa memulai kehidupan yang baru dan lebih baik lagi.

Harusnya Karina menemani sang bunda, namun sayang, ujian tengan semester sedang berlangsung. Bunda mewanti wanti Karina untuk tetap fokus ke ujiannya. Alhasil, takut jika harus susulan ujian jadi ia lebih baik menurut perkataan sang bunda.


Lucas, lelaki ini juga sama sedang disibukkan dengan berbagai tugas dan juga belajar ujian. Kegiatan balap motor yang ia sukai sudah jarang digeluti, kapan ya terakhir? sebelum jadian sama Karina sepertinya. Karena setelah jadian dengan Karina, lelaki ini selalu merasa ingin menemui sang pacar (ya walau dulu masih berdalih karena ingin taruhan, padahal belum sadar aja)

Oh terkait dengan ucapan Karina yang menyebutkan jika ia lelah, maka dipersilahkan untuk berhenti, cukup membuat Lucas kepikiran. Kalau ditanya capek? ya iya, siapa sih yang ga capek ngejar orang tapi orang yang dikejarnya udah ga ngasih harapan? wajar kan, namanya juga manusia. Tapi kalau ditanya mau berhenti? jawabannya engga, untuk sekarang.

Bagi Lucas, ga ada alasan dia buat berhenti. Toh siapa tau dengan usaha Lucas yang begitu besar bisa bikin Karina luluh. Iya siapa tau hehe doain aja.


Dejun yang sedang dilanda kebingungan, apalagi kalau bukan masalah mamanya? ia kira permasalahan hidupnya akan selesai ketika pergi dari rumah dan tidak menemui mamanya. Namun, takdir membuatnya harus kembali masuk kedalamnya, mungkin sebagai peringatan, bahwa setiap masalah itu dihadapi dan diterima dengan baik, bukan ditinggalkan begitu saja dan melarikan diri.

Pikiran Dejun sekarang hanya berisi kenapa kenapa dan kenapa? Apakah hidupnya sebercanda itu? Apakah ia tidak diizinkan untuk tenang barang sedetik saja?

Semenjak kejadian pertemuan dengan calon papanya, Dejun lebih banyak diam dan merenung, apakah sudah saatnya? sudah saatnya ia menerima semuanya. Sudah saatnya ia berdamai dengan mamanya. Setidaknya itu membuat bebannya berkurang satu, walau masih ada lagi beban yang lain, yang harus segera ia selesaikan.


Hendery si lelaki yang terlihat sangat santai, selalu bercanda, dan seperti tidak ada beban hidup. Ya itu memang benar, Hendery tidak memiliki masalah keluarga seperti Dejun ataupun Karina. Hendery juga tidak punya masalah percintaan seperti Lucas, atau kepusingan karena kesibukan antara organisasi dan kuliah seperti Mark.

Serius deh, Hendery itu selalu bilang gini, “Hidup gue kok datar datar aja ya? Pengen deh ada kejutan satu aja, biar ga bosen banget gitu.”

Temen temennya yang denger jadi ngerasa pengen limpahin masalah mereka ke Hendery, bisa bisanya dia ngomong kayak gitu bukannya bersyukur.

Tapi kalau udah diceramahin, jawabannya tuh gini, “Bukannya gue ga bersyukur. Tapi gue pengen gitu kayak kalian atau kayak orang orang, bisa bilang ‘belajar dari pengalaman’ atau ‘semakin banyak masalah itu bisa mendewasakan diri kita sendiri secara alami’ nah, gue tuh bingung karena apa ya? karena hidup gue yang datar, gue ngerasa ga ada perubahan di diri gue buat jadi pribadi yang lebih baik.”

Abis itu kembali diceramahi sama temen temennya.


Nah kalau Mark, sebenernya anaknya baik, baik banget malah, easy going, jahil juga. Karena kejahilannya itu yang malah bikin petaka, apalagi kalau bukan masalah taruhan?

Kadang Mark ini suka nyeletuk tanpa dipikir dulu akibatnya, ditambah temen temennya juga sih yang emang doyan main main. Jadi yaudah mau nyalahin Mark juga ga bisa.

Mark ini diantara yang berempat itu emang paling aktif, suka ikut kepanitiaan, organisasi, tapi ikut nongkrong juga jalan kalau ga bentrok waktunya. Permasalahan Mark cuma seputar bagi waktu, kadang suka keteteran antara kumpul rapat sama kerjain tugas, mana anaknya kalau ngerjain tugas itu deket deket waktu deadline, ya sudahlah.

Katanya sih abis jadi ketua panitia dies natalis kemarin, udah ga mau lagi aktif di kepanitiaan apapun itu. Mau fokus kuliah aja soalnya udah deket sama skripsi.


Allysa, sepupu Mark yang juga sahabat karibnya Karina. Dibanding Karina, Allysa ini lebih berani, jutek juga. Jadi sebenernya kalau ada yang bilang Karina itu jutek salah besar, Allysa yang jutek. Cuma Allysa tuh juteknya ke yang ga begitu kenal, contohnya ke Hendery.

Kalau udah kenal ya biasa aja ramah banget, beda sama Karina, Karina ini emang tipe orang canggungan sebenernya, dia tuh awal awal kuliah susah buat mengakrabkan diri, makanya temen temennya yang lain juga jadi bingung mau deketinnya gimana, kan?

Allysa ini tipe temen yang suportif banget, keliat kan gimana dia ngedukung 100% pas Karina bilang pengen berubah. Allysa itu tau banget perjalanan hidup Karina, dari yang sering disiksa sama ayahnya, pernah pacaran sama Ten sampai akhirnya diselingkuhin. Allysa tahu.

Makanya pas tahu Karina dijadiin bahan taruhan, dia marah banget. Bahkan sampe sekarang. Apalagi ke Mark, sepupunya sendiri yang bikin taruhan itu, apa ga makin kesel?

Alyssa kalau ditanya, kapan punya pacar, jawabannya, “Karina dulu baru gue. Kenapa? gue harus pastiin Karina dapet cowo yang baik baik, abis itu baru gue cari pacar.”