B E R H E N T I, Y A ?

Hendery menyimpan ponselnya ke dalam saku celana, ia memperhatikan Karina yang sedang menyantap sarapannya itu. Hendery yang sedari tadi duduk di sofa berdiri, berjalan ke arah Karina, menyiapkan minum untuk gadis itu, dan menyimpannya di meja yang dipakai untuk makan.

“Makasih.” ucap Karina lalu meraih gelas tersebut, meneguknya perlahan.

“Orang tua....maksudnya lo udah ngabarin orang tua lo?” pertanyaan Hendery itu disambut dengan gelengan oleh Karina.

“Ga usah, kasian nanti yang ada khawatir, gue ga mau bikin cemas mereka. toh gue ga kenapa kenapa.” jawabnya lalu menyimpan kembali gelas yang isinya sudah habis itu di atas meja.

Karina menyandarkan tubuhnya, ia sudah menghentikan aktivitas sarapannya itu.

“Kenapa ga habis?”

“Udah kenyang.”

“Baru sedikit tapi Rin. ayo makan lagi.”

“Engga ah, udah serius gue udah kenyang.”

“Ck gimana mau sembuh kalau makannya dikit. Tambah lagi ya? atau gue suapin nih.”

Karina langsung menatap tajam Hendery.

“Maksa.”

“Ya kan buat kebaikan lo.”

“Iya nanti dimakan, ga sekarang.”

“Susah banget. bener ya nanti dimakan?”

Karina mengangguk pelan. Hendery menarik meja tersebut dan meletakkannya di sudut kamar. Menutup kembali sarapannya yang masih tersisa banyak.

“Lucas mau kesini.” Karina yang sedang memainkan ponselnya itu segera menoleh ke arah Hendery.

“Ga kuliah emang?”

“Engga katanya, mau jenguk lo.”

Karina berdehem lalu kembali memainkan ponselnya. “Btw Rin gue keluar dulu ya? nyari sarapan, laper hehehehe.”

“Jangan...”

“Hah? kok jangan?”

“Temenin....gue ga mau ketemu Lucas sendiri.”

—————————————————

Pintu ruangan dimana Karina berada diketuk, lalu terbuka secara perlahan, menampilkan Lucas dengan kantong plastik di tangannya.

Hendery yang sedari duduk di sofa langsung menoleh ke arah sumber suara. Jujur, Hendery sangat lapar karena sejak tadi Karina merengek untuk tidak meninggalkannya karena Lucas akan datang.

“Eh bro dateng juga lo.” ucap Hendery. Lucas hanya mengangguk lalu berjalan ke arah Hendery.

“Nih gue beliin sarapan buat lo, lo mau pulang kan? naik apa?” Hendery mengerjapkan matanya, ia melirik ke arah Karina yang juga sedang menatapnya.

“Hendery disini aja dulu. Der, lo lapar kan tadi bilang? yaudah makan.”

Dalam hati Hendery benar benar bersumpah karena terjebak di situasi yang tidak mengenakkan ini. Di satu sisi ia disuruh pulang, di satu sisi ia ditahan. kayak....please deh jangan tarik tarik gue??? gue ga mau terlibat di dalam drama percintaan kalian.

“Tapi kay—”

“Emang kenapa kalau Dery disini? Dia belum makan, belum bersih bersih juga.”

Kalau kata tuan rumah udah diperbolehkan, sang tamu ga bisa berbuat apa apa, kan? alhasil Lucas pasrah aja, padahal niatnya pengen berduaan gitu. Hendery akhirnya membuka makanan yang dibelikan Lucas tadi. Udah lah ga mau ambil pusing, yang penting perut yang sedari tadi berbunyi itu segera ia isi.

Lucas berjalan ke arah Karina sambil membawa kantong plastik yang lain. Ada berapa sih kantong yang ia bawa? ia meletakkan kantong tersebut di nakas sebelah ranjang, sedangkan dirinya duduk di kursi dekat Karina.

“Kok ga bilang kamu sakit?”

“Ya orang aku ga tau bakalan sampe dirawat? aku kira cuma masuk angin biasa.”

“Makannya kelewat lagi ya?”

“Kadang.”

“Makanan yang aku kirim emang ga suka dimakan?”

“Dimakan, kadang besoknya atau beberapa jam kemudian.”

Lalu hening, yang terdengar hanya suara kerupuk yang dihasilkan oleh Hendery.

“Kalau udah ngerasa ga enak badannya kasih tau aku ya? Kalau ada tugas yang kebanyakan juga kasih tau aku ya? biar aku bantu, jadi kamu ga keseringan begadang.”

Karina hanya diam tidak menjawab. “Aku kayak gini soalnya khawatir Kay. Aku ga mau kamu kenapa kenapa. Sebisa mungkin aku bakalan ngejaga kamu.”

Hendery yang mendengarnya merasa miris sendiri, sebucin itukah temannya ini?

“Lucas, makasih ya? aku ga akan berhenti bilang makasih. aku juga ga akan berhenti bilang kalau aku udah maafin kamu. jadi kamu ga usah ngerasa bersalah.”

“Ohiya satu lagi, Cas...”

“Apa Kay?”

“Kalau kamu capek, berhenti aja ya? aku ini abu abu, ga tau ujungnya gimana. Aku ga mau kamu berharap ke sesuatu yang ga pasti. jadi, ga apa apa kalau kamu mau berhenti. kamu ga salah kok dengan ngelakuin hal itu, ya?”