Satu Kelas

“ALAH SIAAAAAAAH!” teriakkan Adit mampu membuat atensi orang orang sekitarnya berfokus padanya. Hari ini, hari terakhir kegiatan masa orientasi siswa baru di SMAN 135 Bandung dan hari terakhir ini pun sekaligus menjadi hari dimana para siswa mendapat kelas baru.

Adit kembali membaca daftar nama yang terpampang di pintu kelas.

Abimanyu Tarangga Aditya Birendra Ettan Ardiya Indra Pandya Nanda Yudhistira Rakyan Irawan

“NGEHE!” ucapnya. Adit tinggal seorang diri yang masih memperhatikan daftar nama tersebut, teman-teman sekelas lainnya memilih pulang kembali ke rumah. Tak begitu lama, terdengar suara gerombolan kaki berlari menuju ke arahnya, tanpa Adit harus capek capek menoleh, ia sudah tahu siapa yang datang.

“MONYET!” kata-kata mutiara Yudhis kembali terucap sesaat dirinya melihat daftar nama tersebut. Reaksi keempat yang lainnya pun sama, mengeluh.

“Ini ga salah kita sekelas lagi?” tanya Abim sambil menunjuk daftar nama.

“Ya u mikir atuh masa ieu sakola (ini sekolah) bikin kesalahan? belegug!” Rakyan dengan bahasa yang …. ya begitulah.

Ettan sudah tak sanggup lagi berkata apa apa sampai akhirnya ia memilih berbalik dan duduk di pelataran koridor, diikuti oleh Indra. Mungkin, di antara semuanya hanya Indra yang diam diam merasa lega bisa kembali sekelas dengan kelima sahabatnya.

Adit, Abim, Rakyan, dan Yudhis menyusul kedua temannya untuk ikut duduk lesehan di atas lantai. Wajah mereka bingung seakan tidak percaya dengan takdir yang terjadi.

Ini kisahnya, mereka berenam tinggal di satu komplek yang sama. Rumah masing-masing dari mereka hanya terpaut 2-3 rumah orang lain. Biasa bukan? oke lanjut, mereka lahir di tanggal, bulan, tahun, tempat, dan jam yang sama. 11 November 2006, di Rumah Sakit Permata Ibu dan Anak, tepat pada pukul 01.00 dini hari.

Seakan senang mendapat teman, orang tua mereka memasukkan anak anaknya di taman kanak-kanak yang sama, berlanjut, ke sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Ditambah selama itu pun mereka satu kelas.

Rasanya sudah bosan meneriakkan, “AING UDAH CAPEEEEEEK KETEMU MANEH!”

Nyatanya, saat masuk sekolah menengah atas pun, semesta seakan senang melihat mereka bersama.

Engga di komplek. Engga di warung. Engga di kolam ikan Pak Bahar.

Ketemunya mereka terus.

Tapi tetep, walau mulut berkata bosan, tapi hati tak bisa berbohong.

“Kolam ikan apa warung?” — Adit “Warung.” — Abim “KOLAM IKAN LAH!” — Rakyan “KOLAM!” — Ettan “Kolam aja.” — Indra “Percuma gue nyebut warung juga bakal kalah, dah lah gas kolam ikan.” — Yudhis

Dan keenamnya melangkah dengan riang menuju kolam ikan Pak Bahar. Bagaimanapun, persahabatan mereka yang sudah terjalin selama 15 tahun itu, tidak akan ada yang bisa mengalahkan. Semoga saja, ya.