PART 8

Hisyam berjalan mengelili setiap pojok rumah, mengambil foto, memperhatikan bahan yang digunakan dan lain sebagainya. Sedangkan Alisha yang berada di belakangnya, hanya berdiri tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

“Mbak, ini rumahnya masih terbilang bagus sih ya kondisinya. Mau di renov total aja beneran?”

Alisha mengangguk mantap.

“Saya pengen bentuknya yang sesuai dengan apa yang saya mau, Mas. Jadi, ga apa apa renov total aja.”

Hisyam mengangguk dan kembali menekuni pekerjaan. Rumah yang dibeli Alisha ini tidak begitu besar, di dalamnya terdapat 4 kamar, 2 di bawah dan 2 di lantai atas. Ada halaman kecil di bagian belakang, menyatu dengan tempat jemuran.

“Mbak Al, saya mau liat lantai atasnya boleh?”

Alisha mengangguk dan memimpin jalan menuju lantai dua, diikuti oleh Hisyam. Menurut pemiliknya, rumah ini memang belum lama ditinggal, mungkin ada 1,5 tahun. Beliau menjualnya dengan alasan akan pindah keluar kota mengikuti suaminya yang dipindah tugaskan.

Ada beberapa alasan mengapa Alisha memilih rumah ini, selain suasana perumahan yang tenang, lokasi yang cukup strategis menjadikannya sebagai alasan utama. Jika dibandingkan dengan apartement yang sekarang Alisha tinggali, rumah ini lebih dekat menuju tempat siarannya. Lebih dekat pula ke cafe milik Almira.

“Mbak, ada keinginan bahan material rumahnya mau dari apa gitu?”

Alisha menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, ia menyengir terlebih dahulu sebelum menjawabnya. “Duh Mas saya ga paham yang bagus yang gimana, yang awet gitu ga tau. Jadi, saya serahkan aja sama Mas ya.”

Hisyam terkekeh sambil berdiri dari posisinya, “Yaudah Mbak nanti saya carikan ya yang harganya pas kualitasnya oke.”

“Iya Mas, saya manut aja ya.”

Sambil menunggu Hisyam memfoto setiap ruangan, Alisha memilih membuka ponselnya. Hari ini jadwal siaran seperti biasa, dan ia dapat pesan dari Almira setelah siaran nanti untuk datang ke rumahnya. Packing pesanan untuk dikirim esok hari.

Tidak terasa sudah dua jam Hisyam dan Alisha berada di rumah itu, waktu sudah menunjukkan pukul satu siang, bertepatan dengan Hisyam yang selesai mendapatkan foto keseluruhan ruangan.

Hisyam keluar dari salah satu ruangan dan berjalan ke arah Alisha, “Saya sudah selesai Mbak.”

Alisha yang sedang fokus terhadap ponselnya itu mengangkat kepalanya, ia memasukkan ponselnya ke dalam tas yang ia gunakan, “Oh udah? udah siang juga, mau makan siang dulu ga Mas?”

Keduanya berjalan beriringan menuju lantai bawah.

“Wah boleh Mbak. Mau makan dimana?”

“Ada nanti tempat makan langganan saya di sekitar sini. Saya kan bawa mobil juga ya Mas, nanti Mas Hisyam ikutin saya aja.”

“Oh siap Mbak siap.”

Keduanya berbincang ringan sampai keluar dari rumah, tidak lupa Alisha mengunci pintu. Keduanya berjalan ke arah mobil masing masing, mobil Alisha lebih dulu melaju diikuti dengan mobil Hisyam dari arah belakang.


“Nanti kontraktornya dari saya ya Mas, kalau udah ada nanti saya kabarin ke Masnya biar bisa koordinasi sama pihak sana.” Alisha menyuapkan udang ke dalam mulutnya.

Hisyam meneguk es jeruk yang ia pesan, “Boleh Mbak, nanti kabarin saja. Tapi Mbak, saya kan project yang sebelumnya udah turun nih buat pembangunan, ga apa apa kan agak lama sedikit?”

Alisha mengangguk, “Santai aja Mas.”

Setelahnya mereka berdua sibuk dengan santapan masing masing, hingga akhirnya kegiatan makan siang bersama selesai.

Keduanya masih duduk di tempat, Alisha memang tidak berniat pulang, toh jam kerjanya juga sebentar lagi akan dimulai.

“Mau langsung pulang Mbak?” tanya Hisyam.

“Oh engga Mas, saya sebentar lagi masuk kerja. Kalau Mas Hisyam ada keperluan lain, silahkan Mas.”

“Engga kok, saya hari ini jadwalnya cuma ketemu Mbak Alisha doang. Kalau boleh saya tahu, Mbaknya kerja apa?”

“Penyiar radio Mas hehe ada bisnis juga sama temen tapi masih kecil.”

“Wah? iyakah? seru banget pasti ya kerjanya?”

Alisha mengangguk antusias, “Seru Mas, saya suka jadinya enjoy banget kerjanya.”

“Setuju Mbak, kerja emang capek, tapi kalau kitanya udah suka semuanya ga akan kerasa beban. By the way, kayaknya kita seumuran, panggil saya Hisyam aja ga apa apa.”

“Oh berarti panggil saya Alisha aja ya ga usah pake Mbaknya hehe biar lebih akrab pake gue-lo juga ga masalah.”

“Oke deh Al, sebagai perkenalan kedua hahah salam kenal ya dari gue, Hisyam.”

Alisha tertawa terlebih dahulu, “Perkenalan kedua dong hahah oke Hisyam, salam kenal juga dari gue, Alisha.”

Begitulah keduanya akan memulai perjalanan yang baru, yang kita tidak tahu akan seperti apa perjalanan mereka kedepannya.