PART 6
Alisha sudah duduk manis di salah satu bangku di cafe dekat kantornya, menunggu Hisyam, arsitek yang akan ia temui.
Suara pintu terbuka terdengar, Alisha mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk, terlihat laki laki dengan jaket jeans, kaos hitam dan celana hitam memasuki cafe tersebut.
“Itu bukan ya?” Alisha ragu, pasalnya foto imess Hisyam pun tidak begitu jelas.
Hisyam pun sama bingungnya, ia celingak celinguk ke kiri dan kanan, bingung yang mana orang yang akan bertemu dengannya. Bodohnya lagi saat bertukar pesan, ia tidak menyebutkan baju yang ia gunakan.
Hisyam akhirnya bertemu pandang dengan perempuan yang juga sedang memperhatikannya. Dengan pasti ia berjalan ke arah perempuan tersebut.
“Maaf, Mbak Alisha?” sesampainya Hisyam di hadapannya. Perempuan yang sejak tadi memperhatikannya mengangguk cepat sambil tersenyum. Ia Alisha.
Hisyam akhirnya bisa bernafas lega, akhirnya kesok-tauannya ini tidak membuatnya malu.
“Boleh saya duduk?” tanya Hisyam.
“Eh iya silahkan Mas silahkan hehe.”
Hisyam menarik kursi tepat di hadapan Alisha. Ia menyimpan tas yang cukup besar di kursi sebelahnya.
“Saya belum pesenin Masnya makanan atau minuman, takut salah hehe pesen aja dulu Mas. Santai kan ya?”
“Eh iya ga apa apa Mbak, biar saya aja yang pesan. Iya saya hari ini santai kok Mbak, ga ada lagi schedule kok.”
Alisha mengangguk, lalu setelahnya ia memanggil pelayan cafe untuk menuliskan pesanan mereka.
Mata Alisha begitu cekatan melihat iPad yang ada di tangannya. Ia sedang memperhatikan beberapa portofolio milik Hisyam. Ada banyak sekali portofolio tersebut hingga membuat Alisha sedikit kebingungan. Sedangkan Hisyam, hanya memperhatikan tanpa mengucapkan satu patah katapun, ia hanya memperhatikan sambil menyeruput sedikit demi sedikit jus jambu pesanannya.
Alisha menyimpan iPad itu di atas meja, “Mas, sebenernya saya ga begitu paham banget hunian yang baik itu harus seperti apa, tapi kalau dilihat dari portofolio milik Mas Hisyam, saya tertarik, karena ada beberapa yang sesuai dengan apa yang saya inginkan.”
Hisyam segera tersadar dari lamunannya lalu tersenyum, “Seneng saya dengernya. Gini aja Mbak, Mbak maunya seperti apa, misal saya pengen model open house dengan banyak anu anu anu, nanti saya buatin designnya.”
“Ah oke oke. Terus berapa kali saya bisa revisi?”
“Saya ga ada batasan Mbak, mau revisi 10 kali juga silahkan yang penting client saya puas dengan hasilnya.”
Alisha tersenyum lebar, akhirnya ia benar benar bertemu dengan orang yang cocok.
“Makasih banyak ya Mas makasih, saya udah pusing cari kesana kemari ga ada yang cocok, dan biasanya suka dibatasi. Seneng ternyata nemu yang cocok. Eh iya ini.” Alisha menyerahkan iPad milik Hisyam, yang Hisyam terima dan ia masukkan ke dalam tas.
“Iya Mbak. Tapi kebetulan saya lagi ada tiga project yang lagi digarap nih, kalau misal Mbak oke, kemungkinan ga bisa cepet? Saya ga bisa janjiin kapan, tapi saya usahakan semaksimal mungkin bisa selesai lebih cepat. Gimana?”
Alisha mengangguk, walau sebenarnya ia menginginkan hasil yang lebih cepat. Namun, mencari kembali arsitek yang cocok dengan seleranya sama saja ujungnya, sama sama membutuhkan waktu.
“Ga apa apa Mas, nanti saya hubungi lagi Mas Hisyam mungkin ya buat design rumahnya mau seperti apa.”
“Iya Mbak, kalau sama Mbak mau digambar coret coret juga ga apa apa biar lebih detail sama kebayang. Gimana Mbaknya aja enaknya kayak gimana, saya siap.”
“Makasih lagi ya Mas, ini udah sama saya ya.” Alisha merapikan tas untuk bersiap pergi.
“Eh padahal ga usah Mbak, biar saya aja yang bayar.”
“Gapapa gapapa, saya duluan ya Mas nanti saya hubungin.”
“Makasih ya Mbak. Oh iya silahkan hati hati Mbak.”
Alisha mengangguk lalu berlalu dari hadapan Hisyam. Sedangkan Hisyam kembali duduk dan mengeluarkan rokok dari saku jaketnya. Ia mengeluarkan satu batang, membakar ujungnnya dengan pematik, dan mulai menghirupnya.
Perasaannya sedang senang, karena bertambah client maka bertambah pula uang yang akan masuk ke rekeningnya.
style hisyam