PART 33
Di sinilah Hisyam dan Alisha berada, di dalam mobil Hisyam yang terparkir sempurna di depan rumah Alisha. Karena tujuannya emang mau ‘ngobrol’ jadi yaudah katanya di mobil aja.
Semenjak Alisha masuk ke dalam mobil, sampai detik ini, keduanya masih setia membisu.
Kalau ditanya kangen, ya kangen.
Tapi rasanya awkward aja karena masih ada permasalahan yang harus mereka selesaikan.
Hisyam yang memilih menatap ke arah luar dari balik jendelanya, sedangkan Alisha memilih menundukkan kepala sambil memainkan jari jemarinya.
“Al.” ucap Hisyam pada akhirnya.
“I … iya.”
“Aku udah pernah bilang kan, kalau ada apa apa bilang ke aku.” “Hal sepenting ini kenapa ga kamu kasih tau ke aku dari dulu, Al?” tanya Hisyam.
Alisha mengangkat kepalanya, mengalihkan perhatiannya ke arah Hisyam yang juga sedang menatapnya.
“Aku takut.” jawabnya.
“Aku takut kamu ga akan nerima aku, sedangkan aku udah jatuh sebegitu dalamnya ke kamu. Dan selama itu juga aku ga tenang karena nutupin ini dari kamu, tapi rasanya … aku ga mampu kalau kamu tau, kamu ga nerima aku, dan aku harus jauh dari kamu. Aku ga sanggup kalau harus membayangkannya.”
“Kamu ga percaya sama aku, Al?”
“Kamu ga paham sama apa yang aku rasain, Syam.”
Hisyam memukul setirnya dan memalingkan wajahnya.
“Aku pengen jadi orang yang bisa kamu genggam, Al. Aku pengen jadi orang yang bisa kamu jadiin sandaran.”
Terisak Alisha di sebelahnya, dan Hisyam mendengar itu.
Hisyam memandangi perempuan yang ia cintai itu. Rasanya akan menyesal jika ia melepasnya pergi. Sangat menyesal.
“Aku nerima kamu, Al. Aku mau kita—”
“Berhenti ya, Syam.”
“Maksudnya?”
“Kita, berhenti. Kamu dan aku, cukup sampai di sini.”
Hisyam menegakkan badannya.
“Apa yang cukup Al? kita bahkan belum mulai semuanya.”
“Makanya Syam, sebelum semuanya dimulai, sebelum semuanya terlalu jauh, sebelum semuanya terlalu dalam, kita berhenti sampai di sini.”
“Sayangnya, aku udah jatuh terlalu dalam.”
Alisha mengusap setiap air mata yang jatuh.
“Al … aku udah nerima kamu, aku ga masalah sama status kamu yang udah pernah nikah, terus sekarang apa masalahnya?”
*“AKU HISYAM! masalahnya … ada di aku. Aku ga sepercaya diri itu, aku ragu … AKU RAGU SAMA DIRI AKU SENDIRI. Aku malu, aku malu sama kamu, sama semuanya. Aku ngerasa ga—”
Hisyam menariknya untuk ia rengkuh ke dalam pelukannya.
Memeluk badan itu dengan erat.
“Ada aku, Al. Ada aku yang bakal nemenin kamu.”
“Hisyam …”
Alisha memegang erat kedua sisi baju Hisyam.
“Aku ga akan ninggalin kamu, aku yang bakal bantu kamu.”
“Syam … aku mohon … sampai di sini.”