PART 23

“Beneran ngebucin kan lu?” tutur Daris ketika Hisyam baru saja sampai. “Ngaco.” jawab Hisyam sambil duduk diantara Yudha dan juga Lintang.

“Maklumin aja napa.” ungkap Yudha sambil menulis pesanan mereka.

“Oh kayaknya gue doang yang ga tau apa apa ya di sini.” Janu mendramatisir keadaan yang membuat Lintang melemparinya dengan tisu.

“Lagian candaan si Daris lo tanggepin.” Lintang mengangkat tangannya memanggil pelayan di sana, memberikan kertas berisi pesanan mereka semua.

“Kagak bercanda gue. Waktu itu malem malem gue diculik si Hisyam buat beli baju. Lo pikir aja dah ngapain tuh orang beli baju malem malem kalau bukan buat ngebucin.” Hisyam menendang kaki Daris yang memang tepat berada di hadapannya.

“BOCOR AMAT.”

Karena kebocoran inilah membuat Hisyam ditodong beribu pertanyaan oleh teman temannya. Membuat dirinya terpaksa untuk menceritakan semuanya. Tidak secara detail, tapi ia menceritakan garis besarnya saja, dan disaat itu pula makanan yang mereka pesan sudah datang.

“Jadi? lo maunya gimana?” Tanya Lintang sambil mengaduk makanannya.

“Ya paham kali maunya gue gimana? tapi gue masih agak ragu aja sih, dianya emang suka sama gue juga apa cuma nganggep temen.”

“Yah kalau gitu statusnya friendzone dong.” celetuk Daris yang hanya dijawab dengan tatapan sinis oleh Hisyam.

Janu menyimpan sendoknya, menghentikan sebentar aktivitas makanannya, “Pastiin lah, gue tau lo ga bego ye Syam. Lo pasti tau gerak gerik cewe kalau emang punya perasaan sama lo kayak gimana. Walau gue sebenernya curiga dia juga sama kayak lo. Tapi who knows, jadi lebih baik ya lo pastiin. Tunjukkin kalau emang lo punya interest ke dia, ga usah terlalu agresif, ya gimana gimananya juga lo pasti paham, kan?”


“Ga mau cerita?” tanya Josha kearah adiknya yang baru saja sampai ke apartement.

“Kakkk gue baru banget duduk udah ditanya lagi aja.” Josha terkekeh pelan, ia memberikan segelar air putih hangat ke arah Alisha yang langsung Alisha sambut.

Josha duduk di sebelahnya. “Ayo, cerita.” Alisha memilih mengacuhkan paksaan sang kakak dan memilih meminum airnya hingga habis. Ia menyimpan gelas itu di atas meja, merubah posisi duduknya menjadi berhadapan dengan Josha dan menyilangkan kakinya.

“Tanya aja, nanti gue jawab.” ucap Alisha.

“Ok. Lo lagi deket sama cowo?”

“Hm maybe?”

“Siapa namanya? apa pekerjaannya? berapa tahun umurnya?”

“Wow calm bro, gue ga akan kemana mana hahaha. Namanya Hisyam, seumur sama gue, kerjanya freelance arsitektur.”

Josha mengerutkan keningnya, dahinya membuat lipatan lipatan, “Jangan bilang …”

“Yes, itu arsi yang bikin rumah gue kak.”

Josha tidak menampilkan reaksi yang lain kecuali dengan membulatkan matanya.

“Gila. Dari client to lover banget ye statusnya.”

Alisha tertawa renyah, benar juga. Bahkan ia tak menyangka bisa sedekat itu dengan Hisyam.

“Terus? dia gimana orangnya? gue mau sejujur jujurnya.”

“He’s kind kak, I swear. Dia orang yang ga neko neko. Dia bisa bikin orang nyaman kalau ada di sekitarnya, termasuk gue. Gue suka cara dia yang menurut gue ga berlebihan, gue nyaman kak sama kesederhanaannya.”

Josha mendengarkan dengan seksama apa yang diungkapkan adiknya itu, he really glad to hear that.

“Tapi kak, gue juga ga mau terlalu kepedean ya. Siapa tau dia deket sama gue karena emang karakteristiknya aja yang friendly ke semua orang, iya ga?”

“Alah. Ga usah mikir gitu, gue juga cowok Al, tau mana yang emang friendly mana yang emang ada tujuan lain.”

“Ya kan siapa tau gitu …”

Josha mengubah posisi duduknya, ia menghadap adiknya yang sedang memainkan jari jemarinya, “Al, gue seneng. Gue seneng lo udah bisa mulai pelan pelan membuka hati lo. Gue bersyukur banget kalau emang lo nemuin orang yang bisa buat lo sebahagia ini. Gue juga tau mungkin lo ga mau mikir ini cuma main main aja kan. Lo … udah cerita ke dia?”

Alisha terdiam, karena sejujurnya, selama ini walaupun mereka sudah dekat cukup lama, masih ada banyak yang belum Alisha ceritakan. Keraguan masih setia bersemayan di hatinya.

“Lo diem berarti belum. Ga apa apa, toh kalian juga statusnya masih cuma temenan kan? belum lebih. Kalau semisal kedepannya udah cukup serius, gimanapun lo harus cerita Al, dia berhak tau.”

Alisha kembali terdiam, bingung menerpanya. Memang seharus itukah ia menceritakan semuanya? semua hal yang ingin ia kubur dalam dalam, karena tidak ingin diingat kembali.

“Kalau butuh bantuan bilang aja sama gue ya, sekalian kenalin juga siapa tuh Hisyam? iya itu ke gue. Gue mau kenal sama orangnya.” Josha bangkit dari posisinya dan berlalu meninggalkan Alisha.