PART 11
Alisha meniup pop mie yang ada di hadapannya, asapnya mengepul, ia membuka kantong kresek yang berisikan belanjaannya tadi, mengeluarkan sosis dan rumput laut.
“Lo makan pop mie banyak banget pemeran pembantunya.” ucap Hisyam yang duduk di hadapannya.
Yaps, mereka berdua akhirnya memutuskan duduk di bangku yang disediakan di minimarket tersebut. Jika Alisha memilih menyeduh pop mie, Hisyam memilih untuk membuat kopi.
“Loh emang lo kalau makan pop mie, cuma pop mie doang?”
Hisyam mengangguk.
“Mana kenyang, porsi pop mie ga cukup bagi gue.”
Hisyam terkekeh mendengar jawaban Alisha. “Lo tinggal dimana deh Al? bisa bisanya kita ketemu di sini.”
Alisha menunjuk gedung apartement yang memang tidak begitu jauh dari minimarket, ia tidak bisa menjawab karena mulutnya penuh dengan makanan.
“Walah lumayan deket sama studio gue.” jawab Hisyam. Alisha selesai mengunyah dan menelan makanannya, “Lo tinggal di studio lo?”
Hisyam memilih meminum kopinya yang masih panas itu, lalu setelahnya mengangguk. “Studio itu tempat kerja gue Al, tapi ya sekaligus buat gue tidur juga. Sebenernya gue orang Bandung, tapi orang tua gue pindah ke Jakarta karena kerjaan bokap. Nyokap gue ga mau kalau gue tinggal sendirian hahah disuruh lah buat tinggal di rumah tante. Tapi ya karena kerjaan gue, gue lebih sering tidur di studio.”
Alisha membulatkan mulutnya. “Kerjaan lo ga ada jam kerjanya gitu dong?”
“Hm ya gitu, karena gue bukan kantoran, jadinya lebih fleksibel. Ini juga keluar buat cari angin.”
“Jangan cari angin, nanti masuk angin.” Alisha menjawab sambil meminum kuah pop mienya. Entah memang Hisyam yang kelewat receh atau bagaimana, ia tertawa mendengar candaan Alisha.
“Lo sendiri asli orang sini?” Alisha menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
“Keluarga gue asli Padang, tapi ngerantau di Jakarta udah lama banget. Gue juga lahir di Jakarta begitupun kakak gue. Terus setelah ayah pensiun, mereka balik ke Padang, dan sekarang ya mereka di sana.”
Hisyam mengangguk paham akan penjelasan Alisha. “Lo penyiar radio Al? biasanya siaran jam berapa? sama dimana?”
“Gue sore siarannya, dari jam 3 sampai jam 6. Di Gelora. Tau ga?”
“Tau lah, kalau gue dengerin radio, pasti dengerinnya Gelora. Tapi gue jarang sih dengerin yang sore, kapan kapan deh gue dengerin.”
Alisha tergelak, “Gausah lah malu.”
“Lah? hahahahha kok lucu. Jadi selama ini lo malu gitu setiap siaran?”
“Engga sih, maksudnya, kalau ada orang yang kenal gue kayak gini terus tau gue penyiar radio, dan dia niatin buat dengerin, gue suka malu. Ga tau kenapa.”
“Hahaha ga usah malu lah, santai aja.”
Alisha mengumpulkan sampah bekas makannya, lalu membawanya ke tempat sampah yang sudah disediakan. Ia kembali ke meja tadi, dan merapikan barang belanjaannya yang lain.
“Syam, gue pulang duluan ya.”
Hisyam menghabiskan kopinya yang masih tersisa, lalu beranjak dari posisinya.
“Iya ayo gue anter.”
Alisha mengerutkan keningnya tanda heran, “Deket? ngapain dianter?”
“Cewe sendirian malem malem, udah ah ayo.” Hisyam berjalan mendahului Alisha.
Alisha menyusul dengan berjalan agak cepat, tak lupa membawa belanjaannya tadi, “Tapi gue udah biasa?”
“Karena ada gue jadi ga usah dibiasain.”
Ucapan Hisyam tadi membuat Alisha terdiam. Sadar dengan ucapannya yang membuat bingung akhirnya Hisyam mencoba untuk mengulang kembali perkataannya, “Maksudnya … kan ini lagi ada gue. Ya udah gue anter aja, gitu.”
“Emang searah?” tanya Alisha.
“Apanya?”
“Apartemen gue sama studio lo.”
“Hm.”
Keduanya berjalan beriringan. Memang benar bahwa letak apartementnya tidak begitu jauh, akhirnya Alisha dan Hisyam sudah sampai.
Alisha membungkuk ke arah Hisyam, “Terima kasih atas pengantarannya.”
Hisyam masih saja tertawa dengan tingkah Alisha, ia membalas dengan membungkukkan badannya, “Sama sama.”
Keduanya tergelak dan pada akhirnya saling mengucapkan selamat tinggal untuk berpisah. Setelah memastikan bahwa Alisha sudah masuk ke dalam gedung apartnya, Hisyam membalikkan badannya.
Kata siapa studio miliknya dan apartement Alisha searah? Jika menuju apartement Alisha tadi mengambil arah jalan ke kiri, maka studio Hisyam sebaliknya, arah jalan ke kanan. Hisyam berjalan kembali ke arah minimarket, lalu terus melewatinya untuk sampai di studionya.
Ditambah, jarak dari minimarket ke studionya tidak sedekat seperti ke apart milik Alisha.
Lalu, apa alasan Hisyam rela melakukannya?