PART 1
Hisyam mendengarkan dengan seksama apa yang diucapkan client yang duduk di hadapannya. Sambil menulis hal hal yang sekiranya penting dan jangan sampai terlewat.
Hisyam, seorang arsitek yang memilih bekerja sebagai freelancer dibanding harus bekerja di salah satu perusahaan. Baginya, bekerja lepas seperti ini memiliki waktu yang lebih fleksibel. Ia masih bisa melakukan hal lain yang ia sukai, itu kelebihannya. Tapi, jangan lupakan kekurangannya juga, kata Hisyam “Susah kekumpul uangnya.” apalagi kalau tidak ada satupun proyek yang menghampirinya. HALAH stress.
Cita citanya itu mau bikin rumah dan mendesainnya sendiri. Tapi nanti, “Harga tanah mahal bro, gue baru sanggup beli mobil kecil.” dan sekarang ia tinggal bersama tantenya. Orang tuanya pindah ke Jakarta karena kerjaan sang Ayah.
“Jadi ini luas tanahnya 200 meter, bangunannya mau ambil tipe 90? masih ada space yang lumayan buat bikin taman.”
Si client mengangguk.
“Tapi saya mau rumahnya itu split level-home.”
Hisyam mengangguk, otaknya lumayan akan bekerja keras.
“Bagian taman belakang pengen keliatan sejuk, saya ga paham gimana tata letaknya. Saya serahkan saja ke Mas Hisyam.”
Kembali, Hisyam mengangguk.
“Gini deh Mas, karena saya juga harus liat ke lapangannya, mungkin bisa di jadwalkan buat liat kondisi di sana gimana, jadi biar kebayang sama sayanya.” tawar Hisyam yang langsung disetujui oleh si client.
Setelahnya mereka kembali berbincang untuk lebih memperjelas keinginan sang client seperti apa.
Kurang lebih pukul 3 sore Hisyam keluar dari cafe yang tadi ia kunjungi, ia memutuskan untuk pulang saja ke rumah, rencana awal yang akan pergi ke salon itu ia tunda karena teman temannya yang menolak untuk menemani.
Jujur, ia sendiri juga tidak ingin sendiri karena takut takut digoda oleh waria disana. Selain itu, Hisyam tipe orang yang ‘ga mau ribet’ alias dia malas untuk mencari barbershop yang sesuai dengan seleranya. Alhasil, ia mengurungkan niatnya untuk memotong rambutnya itu.
Hisyam memasuki mobilnya, menyalakan mesin mobil dan juga ac. Tak lupa menyalakan radio, untuk menemani perjalanannya. Tidak begitu jauh sebenarnya, namun feelingnya berkata jam jam macet akan segera ia temui.
Sesaat ia menyalakan radio, lagu Penantian Berharga dari Rizky Febian pun mengalun.