Dira — Winwin [We Don’t Talk Anymore]

image

POV Author

Sudah terhitung 6 bulan sejak Dira dan Winwin putus.

Diranya sudah bersama yang lain, Winwin masih betah sendiri.

Kalau dibilang, “Win, cari pacar baru lah, kalah lo sama Dira. Dia aja udah dapet masa lo sendiri sih. Ga malu?”

Winwin cuma jawab, “Nanti aja gue masih menikmati kesendirian ini.”

Terus ada lagi yang bilang, “Bukan gara gara belum move on kan lo?”

Winwin jawab sambil ketawa, “Hahahaha bukan lah gila lo gue ga se-sadboi itu ya anjir.”

Padahal dalam hati Winwin,

‘Gimana mau punya pacar lagi kalau pikiran sama hati gue masih stuck di lo, Dir?’

—————————————————

POV Winwin

Gue berjalan menelusuri koridor kampus, matkul satu ke matkul dua ini jarak kelasnya bikin gue takbir sama istigfar mulu saking jauhnya.

Udah kayak lewati gunung membelah samudra.

Lebay sih. Tapi asli jauh banget, yang bikin jadwal ga mikir apa tersiksanya mahasiswa buat jalan sejauh ini. Mana jarak jamnya dikit lagi dikasih 15 menit. Nyampe kelas mana bisa istirahat yang ada langsung dipake bekerja lagi otaknya.

Gue jalan, sendirian, gara gara tadi gue ke kamar mandi dulu, dan temen temen gue milih buat duluan.

Diujung sana, gue liat ada sepasang kekasih sedang bercengkrama dengan bahagia, ga tau deh apa yang dibicarain, mungkin masa depan kayak ‘abis lulus kuliah aku nikahin kamu.’ Hih. Kok tau mereka sepasang kekasih? Tau lah intinya tau.

Si lelaki mengusap pucuk kepala si perempuan lalu ia berlalu pergi. Sedangkan si cewe berjalan ke arah yang berlawanan dan sekarang kami akan bertemu berhadapan.

Dira.

Itu nama ‘si perempuan’ mantan gue 6 bulan yang lalu.

Netra gue ga bisa lepas dari setiap langkah yang dia ambil. Kalau gue ga kegeeran, gue juga ngerasa dia ngeliat gue sebegitu lekatnya.

Hidup itu lucu, apalagi suatu hubungan. Dulu kita sedekat nadi, namun sekarang sejauh matahari.

Semenjak putus sampai sekarang, gue ga pernah lagi ngobrol sama dia. Wajar, karena gue yang salah dihubungan ini.

Langkah kami berdua semakin dekat, dan detak jantung gue semakin meningkat.

Dir, harusnya lo tahu, bahkan sampai detik ini pun jantung gue bisa berdegup sebegitu kencangnya kalau sama lo doang. Bukan sama yang lain.

Gue dan Dira saling berpapasan, saling melewati tanpa ada kata sapaan. Saling melewati tanpa ada lagi perasaan yang tumbuh....di dalam dirinya. Jangan tanya kalau gue, Dira masih ada di relung hati gue yang terdalam.

—————————————————

POV Dira

“Kamu kenapa? Kok makanannya cuma diaduk aduk?” Tanya Jaehyun, pacar gue.

“Hah? Eh? Oh ini ga kenapa kenapa hehe kayak lagi ga mood aja.”

“Itu kan makanan kesukaan kamu.”

“Heem. Nih aku makan kok.”

Mood gue turun pas tadi gue nonton latihan basket anak anak fakultas gue. Sekalian nemenin Jaehyun. Dan dengan bodohnya gue lupa kalu Winwin juga termasuk ke tim basket fakultas.

Harusnya ga apa apa. Toh gue sekarang udah punya Jaehyun. Harusnya.

Tapi.....

Flashback on (pov author)

Priiiiittt!! Peluit tanda latihan selesai berbunyi.

Dira yang sedang duduk di bangku penonton itu segera berdiri. Membawa botol air minum dan handuk kecil, niatnya ingin memberikan ke Jaehyun.

Namun, tiba tiba Winwin datang ke arahnya.

Dengan nafas yang tidak beraturan. Winwin menyodorkan tangan kanannya.

“Handuk?”

Dira hanya mematung melihatnya.

“Eh tumben pake botol warna hijau, biasanya kan biru?”

Dira tersadar, ini kebiasaannya ketika dulu menemani Winwin latihan basket.

Ketika Winwin menyodorkan tangan kanannya, tandanya Dira harus memberikan handuk kecil itu. Botol yang selalu dibawa itu warna biru, katanya Dira sama Winwin sama sama suka warna biru.

“Win....kita udah putus kalau lo lupa.”

Winwin yang baru saja sadar, segera menjatuhkan tangannya dengan lemas. Ia menggaruk tengkuknya tanda malu.

“Sorry.”

Winwin berlalu dari hadapan Dira. Ia berjalan ke arah tasnya lalu mengambil botol minuman yang sudah ia siapkan dan memgeluarkan handuk kecil dari dalam tasnya.

Semua itu tidak luput dari pandangan Dira.

Termasuk handuk kecil dan botol minum. Hadiah dari Dira kerika Winwin berhasil memenangkan kejuaraan basket antar fakultas.

Flashback off

Dira memakan makanannya perlahan. Pikirannya masih menerawang jauh disana.

“Dir.” Jaehyun memanggilnya.

Dira mengangkat kepalanya, “Hm?”

“Kalau masih sayang kejar.”

“Maksudnya?” Dira mengelap mulutnya dengan tisu dan fokus mendengarkan Jaehyun.

“Aku tau, kalian sama sama belum move on kan?”

Perkataan Jaehyun membuat Dira mematung. Dira bingung, perasaannya dengan Jaehyun dan Winwin jauh berbeda. Dengan Jaehyun ia tidak merasa debaran sedikit pun, dengan Jaehyun ia merasa....hambar.

“Dengan kamu memilih berhubungan sama aku, yang ada malah kita sama sama tersakiti.”

Dira masih terdiam, enggan menjawab apapun.

“Kamu ada di hadapan aku seperti sekarang, kamu ada di genggaman aku, kamu yang sekarang ada di setiap hari hariku. Tapi, Dir, aku ga bisa raih hati kamu. Karena hati kamu masih terisi. Dan bukan aku orangnya. Sampai sini, paham?”

Jujur, Dira rasanya ingin menangis. Ia merasa jahat kepada lelaki baik didepannya. Ia merasa sudah menjadikan lelaki didepannya ini hanya sebagai pelarian semata.

“Kamu butuh waktu, untuk menyadari perasaan itu semua. Dira.”

Tepat ketika Jaehyun selesai berucap, Dira menangis. Rasa sesak di dadanya akhirnya dapat dikeluarkan juga.

Benar, ia seharusnya sadar akan perasaannya sendiri, bukannya malah membawa orang lain masuk dalam kehidupannya dan hanya bisa menyakiti perasaannya.

-fin-