DEBAT TERBUKA
[Author’s pov]
Hakim berjalan menuju tempat dimana Kaivan berada, “Kang, Kang Wirga nya belum datang?” tanyanya setiba di hadapan Kaivan.
“Bentar lagi, dia masih praktikum katanya.” jawab Kaivan. Hakim mengangguk lalu pamit untuk kembali ke tempat perkumpulan para panitia.
Suasana di student center sudah cukup ramai, namun, calon yang memiliki hajat baru Kaivan yang datang. Wajar, anak agroteknologi hari ini dipenuhi dengan jadwal praktikum, ada yang praktikum di lab atau ada di lahan.
Kaivan memilih membaca kembali materi yang sudah ia siapkan, tanpa sadar, Angga datang dan duduk di sampingnya.
“Et bikin kaget aja lo, Ga.”
“Heheh gimana kang persiapannya?” Si pelaku cuma nyengir sambil membetulkan posisi duduknya.
“Ya lumayan, kalau kata Wirga sih udah cukup, tapi gue masih ngerasa kurang. Cuma bingung, kurangnya dimana.”
Angga mengangguk mendengarnya, “Bukan kurang sih kang menurut gue, cuma mungkin itu karena sensasi panik yang lagi akang rasain, jadi ngerasa segalanya kurang. Padahal engga.”
Obrolan mereka dilanjut sampai akhirnya Wirga, Daniel, dan Usha sudah datang ke tempat acara.
“Assalamualaikum, akang teteh semua, perkenalkan saya Azki dan rekan saya...
“Shafira.”
“Kami disini sebagai MC dalam pelaksanaan debat terbuka pertama. Sebelumnya, saya berterima kasih kepada akang teteh yang sudah menyempatkan hadir di acara ini. Terima kasih juga kepada para ibu bapak dosen yang juga turut hadir. Untuk mempersingkat waktu, rekan saya, Shafira, akan menjelaskan rundown acara yang akan kami laksanakan.”
“Pertama yaitu pengkondisian yang dilakukan oleh seluruh panitia. Lalu dilanjut dengan pembukaan oleh MC. Setelahnya akan ada pembacaan Ayat Suci Al Quran, oleh Ahmad Nassarudin. Lalu kembali kepada MC untuk pembacaan CV moderator dan juga juri.”
“Setelah itu, acara akan diambil alih oleh moderator yang akan membacakan peraturan umum debat terbuka. Acara inti akan dibagi tiga sesi, yaitu sesi 1 penjabaran visi misi yang sudah disiapkan, sesi 2 yaitu pemberian pertanyaan dari panelis, dan yang terakhir sesi tanya jawab dari audiens. Lalu nanti akan ada closing statement dari peserta. Moderator akan kembali mengalihkan acara kepada kami, MC. Dan setelahnya acara akan kami tutup.”
“Untuk pasangan calon yang akan maju lebih dulu, tidak berdasarkan nomor urut, melainkan random dari kertas yang sudah disiapkan panitia. Kepada perwakilan tiap calon, silahkan maju untuk mengambil kertas.”
Kaivan dan Daniel maju ke depan, masing masing dari mereka mengambil kertas dan setelah membukanya, kertas tersebut diperlihatkan kepada MC.
“Oke jadi, untuk pasangan calon yang pertama maju itu pasangan calon nomor dua, Daniel dan Usha. Lalu yang kedua, pasangan calon nomor satu, Kaivan dan Wirga. Bagi Kang Daniel dan Teh Usha, boleh dipersiapkan ya.”
[Kaivan’s pov]
Gue perhatiin setiap apa yang diucapkan Daniel sama Usha, berikut juga gerak gerik mereka. Usha sih, dia jago public speakingnya, wajar, dia pernah jadi mojang dan pengalaman buat ngomong di depan umumnya banyak.
Gue juga merhatiin gimana mereka pas sesi tanya jawab, karena tadi acara dimulai lumayan ngaret, alhasil tanya jawab cuma dikasih untuk tiga pertanyaan doang.
Daniel sama Usha sekarang lagi closing statement, yang mana abis mereka dilanjut dengan gue dan Wirga.
Jujur, gue malah makin deg degan yang ada, kayaknya tangan gue udah keringet dingin.
“Terima kasih kepada pasangan calon nomor urut 2, Daniel Pratama dan Usha Nadiya. Sekarang, agar mempersingkat waktu, kita lanjut ke pasangan calon nomor urut 1, Kaivan Ardana dan Wirga Wiryaatmadja.”
Gue maju ke depan diikuti Wirga. Moderator memberikan microphonenya ke arah gue dan juga Wirga. Sumpah, gue megang microphone aja udah gemeter. Gue memandang ke arah depan, ah ada Wisnu disana, dia udah gantian kayaknya sama Dika.
Gue coba tenangin diri gue, menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya secara perlahan, terus seperti itu. Moderator memberikan aba aba untuk kami memulai sesinya.
“Assalamualaikum, selamat sore akang teteh sekalian.”
“Selamat sore!!!”
“Terima kasih kepada akang teteh sekalian yang sudah hadir, berikut juga para ibu dan bapak dosen yang kami hormati, dan tidak lupa para panelis yang bisa meluangkan waktunya untuk datang di pelaksanaan debat terbuka kali ini. Sebelumnya, saya akan memperkenalkan terlebih dulu, nama saya Kaivan Ardana, agribisnis 2019 yang mencalonkan diri sebagai ketua BEM Faperta periode 2021/2022, lalu di sebelah saya Wirga Wiryaatmadja, agroteknologi 2019 yang mencalonkan diri sebagai wakil ketua BEM Faperta periode 2021/2022.”
“Untuk mempersingkat waktu, maka kami akan langsung mulai saja. Yang pertama yaitu visi, dimana visi kami itu menjadikan KALAFAPERTA menjadi lebih bersinergis, berintegritas, berbudi pekerti luhur, dan memiliki rasa solidaritas yang tinggi. Mengapa kami membuat visi seperti ini? karena kami yakin, dengan meningkatkan hal hal tersebut, akan membuat jalinan hubungan di lingkungan KALAFAPERTA menjadi lebih baik, menjadi lebih erat, menjadi lebih terasa kekeluargaannya. Kami ingin mahasiswa mahasiswa Faperta menjadi pribadi yang menjunjung tinggi rasa simpati dan empati, memiliki pemikiran kritis. Seperti yang kita tahu, bahwa mahasiswa ini dijuluki agent of change atau agen perubahan. Saya tidak ingin julukan tersebut hanya sebatas julukan, melainkan saya ingin, ada output yang dihasilkan dimana, output tersebut dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun masyarakat luas. Untuk misi, rekan saya Wirga yang akan menjelaskannya.”
Gue mundur sedikit ke belakang mempersilahkan Wirga maju ke depan untuk mulai menjelaskan misi kami.
“Baik, disini saya akan menjelaskan misi kami. Yang pertama yaitu menjalin hubungan yang baik di lingkungan warga kalafaperta, karena kami percaya dengan menjalin hubungan yang baik ini akan terbentuk lingkungan yang nyaman, lingkungan yang aman, dan lingkungan yang tentram. Yang kedua yaitu mampu mengayomi masalah warga KALAFAPERTA, disini kami ingin meningkatkan rasa simpati dan peduli terhadap sesama, aware akan kondisi orang lain, karena disini kami merupakan keluarga. Yang mana perlu adanya kepedulian satu sama lain. Terakhir, mampu mewujudkan mahasiswa KALAFAPERTA sebagai mahasiswa yang cinta tanah air, budaya, dan peduli terhadap sesama.”
Gue sedikit demi sedikit bernafas lega, walau belum sepenuhnya, tapi gue ngerasa apa yang gue sampaikan tadi, cukup baik. Sofar, apa yang gue siapkan dapat tersampaikan dengan sempurna.
Setelah sesi penyampaian visi dan misi selesai, dilanjut dengan sesi tanya jawab. Sudah ada tiga pertanyaan yang ditampung oleh moderator. Gue dan Wirga bergantian untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Dan bersyukurnya gue, gue bisa menjawab pertanyaan tersebut dengan lancar tanpa adanya kesalahan.
Setelah semua pertanyaan selesai kami jawab, gue dipersilahkan oleh moderator untuk closing statement.
“Semoga apa yang kami berdua sampaikan tadi dapat memberikan gambaran secara lebih luas terkait visi, misi, maupun program kerja. Saya juga berharap, partisipasi dari seluruh mahasiswa Faperta saat pemilihan. Dan terakhir, saya ingin kita semua mengucapkan jargon kebanggaan kita.”
“Siap ya semua?”
“SIAP!”
“Oke. PERTANIAN?”
“JAYA!!”
“PERTANIAN?”
“JAYA!!”
“PERTANIAN?”
“JAYA!!”
“Terima kasih, wassalamualaikum.”
Gue mengakhiri sesi tersebut diiringi dengan tepuk tangan meriah dari para audiens yang hadir.
“Gimana Kav? lega lo?” tanya Wisnu yang ternyata menghampiri gue yang lagi beresin peralatan.
“Lumayan lega hehe, eh kenalan lo berdua, Wir nih temen gue satu rumah, namanya Wisnu. Nu ini Wirga partner gue.”
“Udah kenal elah gue sama Wirga, orang satu SMA. Cuma beda kelas.”
Gue yang ngedenger itu kaget sedangkan Wirga malah ketawa doang.
“Dih kok ga bilang?” tanya gue.
“Lah lo ga nanya.” jawab Wirga.
Pas gue lagi ngobrol aja, Kang Galuh sama Kang Raffi datang menghampiri gue sama Wirga. Kita salaman kayak biasa terus ngobrol ngobrol sedikit, ya mereka ngasih kita petuah gitu, sebagai yang berpengalaman.
Kita ga ngobrol lama, karena waktu juga udah menunjukkan jam 8 malem. Gue, Wirga sama Wisnu jalan ke arah parkiran.
Mereka doang sih yang bawa kendaraan, gue engga, gara gara motor gue dipinjem Teo, sedangkan motor Teo kembali mogok, ituloh si elizabeth.
“Pulang sama siapa Kav?” tanya Wirga.
“Sama Wisnu, serumah ini.”
“Oh yaudah hati hati ya gue duluan.”
“Oke Wir.”
“Hati hati Wir.”
Gue dan Wisnu berjalan ke arah mobil Wisnu, “Makan dulu lah Kav, laper sumpah.”
“Bungkus aja dah kasian anak anak dirumah pasti mau juga.”
“Yaudah. apaan tapi? surboy apa lamongan.”
“Surboy aja.”
“Oke.”