; Bertemu

Aji dengan gugup dan senyum kikuknya menatap semua makanan yang ada di hadapannya. Ini pertama kalinya ia makan di resto ini. Sering kali ia melewati restoran ini jika sedang mampir ke pusat perbelanjaan, namun hanya lewat, restoran ini terkenal selain karena rasanya yang enak, harganya yang mahal.

Lalu … sekarang ia berada di dalam restoran ini! restoran yang tak pernah ia bayangkan akan ia datangi, ternyata kesampaian juga.

“Ayo Aji dimakan.” ucap Ara yang duduk di hadapannya.

Iya benar, ia datang kesini bersama Ara. Ia kira Ara akan membawanya ke cafe cafe dekat kostannya, dan Aji pun sudah berniat untuk membayarnya, namun ternyata …. dugaannya salah. Kalau seperti ini bisa bisa Aji ga makan selama dua minggu.

“Kenapa diliatin aja, Ji? ada menu yang ga kamu suka?” tanya Ara. Aji menggelengkan kepalanya cepat. Dengan canggung ia mulai memakan salah satu menu yang tersaji membuat Ara tersenyum lega melihatnya.

Ara, seorang dokter anak yang umurnya 3 tahun lebih tua dari Aji. Ia belum menikah hingga saat ini, yang ia terima hanyalah perjodohan dan perjodohan tanpa henti. Ia memutuskan membuka klinik di Bandung salah satunya karena ingin menghindari perjodohan yang selalu diberikan orang tuanya. Karena ia bosan, bosan dengan setiap calon yang diperkenalkan kepadanya, tidak jauh dari anak orang kaya yang sekarang bekerja meneruskan usaha keluarganya.

Itu bukan suatu kesalahan memang, namun, Ara tidak melihat ke arah seperti itu. Ia mencari seorang lelaki yang bekerja keras dengan usahanya sendiri. Tanpa bantuan siapapun, termasuk orang tua.

Dan bagi Ara, itu semua ada di diri Aji.

Mungkin Aji tidak tahu, bahwa Ara sudah mengetahui apa pekerjaan Aji. Seorang ayah tunggal yang bekerja sebagai kasir di salah satu minimarket, lalu ia merupakan mahasiswa kelas karyawan yang sedang menempuh pendidikan di jurusan akuntansi semester 3.

Mudah bagi Ara untuk mencari itu semua.

Dirinya tidak percaya akan love at the first sight, tapi pada Aji, berbeda. Ini pertama kalinya bagi Ara tertarik lebih dahulu kepada seorang pria, dan Ara memiliki prinsip, apa yang ia suka, ia harus mendapatkannya. Maka tak heran jika dari awal Ara terlihat cukup agresif kepada Aji.

“Ke Bali, abis ngapain, Ra?” pertanyaan Aji membuat perasaan Ara berbunga-bunga, pertanyaan sederhana namun membuatnya begitu bahagia! ternyata ketika jatuh cinta akan ada perasaan seperti kupu-kupu terbang di dalam perut itu bukan bualan, Ara merasakannya sekarang.

“Aku abis ada seminar, Ji. Ada acara seminar gitu diadainnya sama dinas kesehatan setempat, terus aku jadi salah satu narasumbernya. Temanya tentang vaksin pada anak gitu, soalnya masih banyak banget orang tua yang ga aware sama vaksin. Kasian kan anaknya, apalagi makin kesini makin banyak penyakit baru yang bermunculan. Kalau anaknya sejak dini ga ada pertahanan sama sekali, kasian nanti kedepannya. Tubuhnya harus bisa melawan virus atau bakteri penyakit.” Aji memperhatikan ucapan Ara sambil memakan makanannya, ia baru tahu, bahwa Ara secerewet ini. Padahal pertanyaan Aji sederhana, dan jawabannya pun tak perlu sepanjang itu.

“Panjang banget Ra jawabannya kayak ditanya sama dosen.” Dua duanya terkekeh. Bersyukurlah suasana canggung diantara keduanya sudah cukup mencair, mereka bisa saling menikmati makanan sambil berbincang dengan santai. Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang memperhatikan sejak tadi tak jauh dari tempat mereka berada.

“Itu … Aji ya? sama siapa?” gumamnya.