B U K I T
Lucas sesekali melirik ke arah Karina yang berada di sampingnya. Yaps mereka sekarang berada di dalam mobil Lucas.
Lucas merasa ada yang aneh dengan Karina, pertama ia menggunakan masker dan tidak ingin membukanya dengan alasan tidak enak badan, yang kedua, Karina terlihat hanya melamun memandang keluar jendela.
Lampu merah membuat Lucas menghentikan mobilnya.
“Kayin.”
Karina tidak bergeming, ia masih tetap dengan posisinya memandang ke luar.
Lucas merubah sedikit posisinya sehingga sekarang, badannya menghadap ke arah Karina.
“Kayin!” Tetap tidak mempan, hingga akhirnya Lucas menepuk pundak Karina.
“Hah? Kenapa? Udah sampe?”
Benar kan, sepertinya ada yang tidak beres. Karina yang tersadar langsung melihat ke sekeliling, yang ternyata sedang di lampu merah.
“Eh? Belum sampe ternyata?” Tanyanya.
“Siapa yang bilang udah sampe, Yin?” Karina hanya tersenyum kecil, terlihat dari matanya.
“Lo kenapa?” Tanya Lucas.
“Gue? Ga kenapa kenapa.”
“Jangan bohong. Gue tau, lo ga kayak biasanya.”
Lampu hijau sudah menyala, Lucas kembali ke posisi awal dan memajukan mobilnya.
“Cas, kan ke kampus belok kanan kok ini lurus?”
“Kita ga akan ke kampus.”
“Ih? Kemana?”
“Ke tempat yang bisa bikin lo tenang.”
—————————————————
Lucas membawa Karina ke sebuah bukit dimana ketika di malam hari, kalian bisa melihat bintang dan citylight dari atas bukit tersebut.
“Duduk sini.” Ucap Lucas sambil menggeser badannya. Karina menurut dan segera mendudukkan badannya tepat di sebelah Lucas.
Hening. Keduanya sibuk dengan pikiran masing masing. Karina yang memikirkan hal semalam, dan Lucas yang hanya memperhatikan Karina dari samping.
Terlihat beberapa kali Karina menghela nafas.
“Semalem ayah pulang.” Ucapnya.
Lucas memilih diam, tidak berani menyela ucapan Karina, ia akan mempersilahkan Karina untuk mengeluarkan segala unek uneknya.
Karina melepas masker nya dan ia menoleh ke arah Lucas, memperlihatkan pipi bekas tamparan ayahnya.
“Lo....” ucapak Lucas terputus ketika Karina langsung mengangguk.
“Sama ayah.” Ucapnya, lalu Karina memakai kembali maskernya. Matanya sudah dipenuhi oleh air mata yang jika sekali mengedipkan saja air matanya sudah turun.
Lucas menarik badan Karina dan mendekapnya erat. Karina menangis di pelukannya. Mendengar tangisannya membuat Lucas sedikit merasa ada perasaan yang tidak menentu di dalam hatinya, sakit? Cemas? Marah? Entah apapun itu yang pasti ia tidak suka melihat wanita yang sedang ia peluk itu, terluka.
—————————————————
Setengah jam sudah mereka berada di bukit, dan sudah 10 menit yang lalu Karina berhenti dari aktifitas menangisnya.
“Ah gue malu tiba tiba nangis depan lo.” Ucap Karina sambil mengelap matanya.
“Udah kejadian ga usah malu, Yin.” Lucas menjawab sambil mengusak kepala Karina yang sukses membuat Karina berdebar. Bahkan perlakuan kecil Lucas bisa membuat Karina tersipu.
“Eh iya Yin. Bukannya lo mau ada yang diomongin ya?”
Karina terdiam, dia bingung haruskah ia mengatakannya? Atau....
“Oh itu....hehe apa ya lupa deh.”
“Masa sih? Ayo inget inget gue penasaran ih Yin. Lo ga tau aja gue sampe gulang guling ga bisa tidur gara gara kepo.” Karina tertawa mendengarnya.
“Ih malah ketawa, ayo apaan deh.”
Akhirnya setelah mencoba menenangkan diri, Karina mulai berbicara. “Gue ga tau sih gimana ngomongnya, tapi gue pengen lo tau aja. Intinya aja sih, lo sukses bikin gue berdebar tiap deket sama lo.”
Lucas terdiam, ia hanya membulatkan matanya, tanda tidak percaya.
“Bentar.....maksudnya?”
“Bodoh ah masa gitu doang ga ngerti.” Ucap Karina sambil memalingkan wajahnya.
Bohong kalau Lucas tidak mengerti, ia sangat sangat mengerti, namun ia ingin mendengar hal itu langsung dari mulut Karina.
“Apaan emang? Coba bikin gue ngerti.”
“Yaaaaaa itu.” Karina jadi salting sendiri dan itu sukses membuat Lucas tersenyum gemas.
“Ayolah masa ga mau jelasin sih.” Lucas menoel noel tangan Karina sambil mengangkat alisnya.
“Genit banget ih Lucas!”
Lucas malah tertawa karena keusilannya sendiri. “Yaudah makanya kasih tau.”
“Itu...”
“Apa?”
“Gue juga....kayaknya....suka sama lo....”
Serius, padahal matahari belum bersinar terik, tapi Karina merasa pipinya panas dan dia sedikit kegerahan.
“Masa ngomongnya liat ke depan? Ngasih tau sukanya ke rumput?”
Karina mendelik sebal ke arah Lucas yang ada di sampingnya. “Ih ga tau ah.”
Lucas menangkup wajah Karina dan mengarahkan agar menghadapnya.
“Nih orang yang kamu suka itu ada disini, bukan di depan, Kayin.” Lucas mengatakan itu sambil menguel nguel wajah Karina.
“Luwcassssss.”
“Iya sayang....AW!” Lucas melepas tangkupannya dan mengusap pelan tangannya karena cubitan Karina.
“Masa sama pacar sendiri kasar.” Karina yang mendengar itu terbelalak sendiri.
“HAH SEJAK KAPAN KITA PACARAN???”
“Barusan? Kan kamu tau aku suka kamu, dan kamu juga suka aku. Jadi? Apa lagi?”
Apa pula ini panggilannya sudah beralih jadi aku-kamu membuat Karina makin pusing.
Karina bangkit dan segera berlalu, “Eh Kayinnn mau kemana?”
“Ga tau ah males sama Lucas.”
Lucas yang mendengar itu hanya tertawa dan mengejar Karina, “Mbak pacar tunggu!!!”